Rabu, 28 Desember 2016

SEPATU DAN CINTA

SEPATU DAN CINTA

“ kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tak bisa bersatu’
“kita mati pakai tak berjiwa bergerak karena kaki manusia”
“aku sang sepatu kanan”
“kamu sang sepatu kiri”

Itu adalah sepenggal lirik lagu tulus yang berjudul “sepatu”, kali ini saya akan membahas tentang sepatu yang banyak menyimpang makna .
Chek it out !
Sepatu, adalah  suatu barang yang hampir semua orang pasti memiliki serta memakainya. Sepatu sudah merupakan suatu kebutuhan yang dewasa ini harus terpenuhi. Sepatu merupakan suatu jenis alas kaki (footwear) yang biasanya terdiri bagian-bagian kap(tutup), tali, sol, hak, dan lidah. Disamping berfungsi sebagai alas kaki manusia , ternyata secara tidak langsung sepatu juga telah memberikan pelajaran hidup yang bisa diterapkan dari itu. Kali ini, saya akan membahas pelajaran yang diberikan oleh sepatu terhadap ‘Cinta’. Mengapa cinta? Karena ada pepatah yang menyebutkan bahwa sepatu = SEjalan sampPAi TUa.  Cara mencntai yang baik itu adalah seperti sepasang sepatu. Mengapa demikian ?
Karena !
1.      Sepatu Adalah Sebuah Benda Yang Sama , Tapi Tak Pernah  Persis Bentuknya  Namun Selalu Serasi Keadaanya.
Sama seperti sepatu, manusia adalah mahluk yang di ciptakan sama, dalam artian diciptkan dalam bentuk sempurna. Akan tetapi, manusia tidak diciptakan secara persis tetap akan memiliki perbedaan . Misalnya perbedaan jenis kelamin, ada pria dan wanita akan tetapi dari perbedaan tersebut ada suatu keadaan yang akan membuat perbedaan itu menjadi sebuah keserasian. Perbedaan  memang merupakan suatu kodrat yang di ciptakan Tuhan pada setiap ciptaannya, khusu nya pada manusia dengna jenis kelamin pria dan wanita  pada masalah cinta. Pasangan penulis, Alan dan Barbara Pease, perbedaan itu antara lain :
a.       Jangkauan Sudut Pandang
Jika diukur dari hidung, maka wanita mempunyai jangkauan sudut pandang yang relatif lebih besar.Menurut penelitian, jangakauan sudut pandang wanita berkisar antara 45 derajat sampai dengan 180 derajat, diukur dari hidung kearah kanan kiri atas bawah. Jadi kaum wanita, dengan jangkauan sudut pandang yang luas itu bisa melihat isi lemari tanpa menggerakkan kepalanya, hanya dengan modal plirak-plirik saja mereka bisa menemukan barang yang dicari.
Ini berbeda dengan kaum pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses pandangannya itu ibarat teropong bajak laut .Jauh dan lebih fokus, dan juga akan mencari KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau  ingin dilihat.
b.      Struktur Otak
Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan.Sementara untuk pria, kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting. Adanyapun cuma di bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik. Otak pria itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk. Jadi jangan heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.
Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya diotaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu. Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini tidak akan berhenti sampai dia bisa mencurahkan habis isi otaknya alias curhat.
Oleh sebab itu, kalau wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan unek-uneknya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi seperti yang dilakukan kaum pria.
c.       Membangun Hubungan Lewat Percakapan
Rata-rata wanita bisa bicara 20 ribu kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar 7 ribu kata sehari atau bahkan lebih sedikit dari itu. Pria jika sudah menghabiskan 7 ribu kata, maka dia tidak akan berminat untuk bicara lebih lanjut. Persediaan si wanita tergantung dari apa yang sudah ia lakukan sepanjang hari.  Kalau dia sudah banyak berbicara dengan orang lain hari itu, dia pun akan sedikit berbicara. Kalau dia tinggal sendirian di rumah saja, mungkin ia sudah menggunakan 5 ribuan kata. Jadi masih ada 15 ribu lagi!
d.      Multitasking
Dari penelitian, pria cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu. Semua penelitian yang ada menemukan bahwa otak pria lebih terspesialiasi, terbagi-bagi.
Otak pria berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa mengerjakan
semuanya tapi ‘satu-satu dong!!’. Sementara otak wanita punya konstruksi yang memungkinkan wanita melakukan  banyak hal sekaligus atau kerennya multitasking job.
Wanita bisa melakukan banyak hal yang sama sekali tidak berhubungan pada waktu bersamaan, dan otaknya tidak pernah putus, selalu aktif.
e.       Indirect Speech (berbicara secara tidak langsung)
Wanita kalau berbicara biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan isyarat tentang apa yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain. Indirect speech biasanya menggunakan kata-kata seperti: ‘kayaknya’, ‘sepertinya’dan sebagainya.
Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak pernah ada masalah.Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya. Tapi, bila dipakai untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal!.
Kebanyakan pria menggunakan bahasa langsung atau direct speech dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan.
2.      Sepatu  Tak Pernah Berjalan Bersaam Dan Kompak, Akan Tetapiselalu Memiliki Tujuan Yang Sama.
Layaknya sepatu, dalam  menjalin cinta tekadang kita tidak perlu menunjukkan keromantisan dihadapan semua orang dengan tujuan memberitahukan bahwa kita sedang menjalin cinta kasih. Yang terpentting dalam hubungan cinta adalah komitmen kuat yang di bangun oleh pasangan untuk hubungan cinta yang lebih baik.
Sepatu mengajarkan yang terpenting bukanlah  apa saja yang telah kita lakukan secara bersamaan akan  tetapi yang terpenting adalah bagaimana suatu hubungan yang penuh dengan perbedaan dan kesulitan bisa menghasilkan satu tujuan yang lebih baik untuk bersama. Karena adanya tujuan yang sama antar pasangan, akan melahirkan suatu hubungan yang penuh kebahagiaan.
3.      Sepatu  Tidak Pernah Berganti Posisi, Namun Berusaha Saling Melengkapi
Pada nyatanya sepatu kiri tidak pernah bisa dipakai kaki kanan demikian juga sebaliknya. Hal ini lebih menjelaskan kepada pentingnya peran masing-masing pasangan dalam suatu hubungan, dalam hubungan rumah tangga misalnya. Kedudukan pria sebagai kepala rumah tangga, secara keagamaan ataupun sosial tidak bisa di gantikan oleh wanita, begitu pula sebaliknya.
Kedudukan pria sebagai kepala keluarga yang menjadi nahkoda bahtera rumah tangga sangat penting dan akan berubah keadaannya jika hal ini digantikan oleh wanita. Begitupula dengan wanita yang tugasnya dalam pandangan sosial sebagai seorang ibu yang bertugas mengurusi rumah tangga juga akan berubah keadaanya jika digantikan oleh pria. Memang ada beberapa kasus yang memaksakan  seorang ibu atau ayah untuk membangun rumah tangganya secara tunggal. Akan tetapi, dalam kondisi yang sewajarnya baik seorang laki-laki atau wanita memang tidak bisa pernah menggantti posisinya, namun setiap pasangan yang baik adalah pasangan yang akan berusaha saling melengkapi setiap posisi pasangannya, layaknya sepatu.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar