Minggu, 25 Desember 2016

PANDANGAN PERENIALISME TERHADAP PENDIDIKAN

              PANDANGAN PERENIALISME TERHADAP PENDIDIKAN

Perenialisme berasal dan kata perenial yang diartikan sebagai continuing througbout the whole year atau lasting for a very long time (abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia, seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah merupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
Aliran perenialisme merupakan salah satu kajian filsafat pendidikan. Filsafasat perenialisme pendidikan  mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan  kekacauan dan ketidakpastian serta ketidakteraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural, untuk memperbaiki keadaan ini dengan kembali kepada nilai nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu abad pertengahan yang mana aliran perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai ini sudah ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat.
Ciri Utama  memandang  perenialisme  bahwa keadaan sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran, berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengaman lapangan moral,inteltual dan lingkungan sosial kultural yang lain,ibarat kapal yang akan berlayar zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas .
Kondisi dunia yang terganggu oleh budaya yang tak menentu yaang berada dalam kebingungan dan kekacauan seperti diungkapkan diatas, maka dengan ini memerlukan usaha serius untuk menyelamatkan manusia,dari kondisi yang mencekam dengan mencari dan menemukan orientasi dan tujuan yang jelas,dan ini adalah tugas utama filsafat pendidikan.perenialisme dalam hal ini mengambil jalan regresif dengan mengembalikan arahnya seperti yang menjadi prinsip dasar perilaku yang dianut pada masa kuno dan dan abad pertengahan.
Motif perenialisme dengan mengambil jalan regresif bukanlah hanya nostaligia atau rindu akan nilai nilai lama untuk diingat atau dipuja,melainkan berpendapat bahwa nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembaangunan kebudayaan abad ke dua puluh.prinsip prinsip aksiomatis yang terikat oleh waktu itu terkandung dalam sejarah.
Prinsip mendasar perenialis kemudian dikembangkan pula oleh Sayyed Husein Nasr seorang filsuf islam kontemporer yanh mengatakan bahwa manusia memiliki fitrah yang sama yang berpangkal pada asal kejadiannya yang fitri yang memiliki konsekuensi logis pada watak kesucian dan kebaikan.perenialisme dalam konteks Sayyed Husein Nasr terlihat hendak mengembalikan kesadaran manusia akan hakikatnya yang fitri akan membuatnya berwatak kesucian dan kebaikan.
Dalam perjalanan sejarahnya,perenialisme berkembang dalam dua sayap yang berbeda yaitu golongan teologis yang ingin menegkkan supremasi  ajaran  agama dan dari kelompok yang skuler yang berpegang teguh dengan ajaran filsafat Plato Dan Aristoteles.
Bagaimana dengan pandangan aliran perenialisme dalam pendidikan? pendidikan menurut aliran perenialisme dipandang sebagai Education As Cultural Regression yaitu pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. Perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
Robert M. Hutchins dalam Jalaluddin Abdullah (2007:116) mengemukakan “Pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan dalah kebenaran, kebenaran di mana pun dan kapan pun adalah sama. Karena itu kapan pun dan di mana pun pendidikan adalah sama”. Selain itu pendidikan  dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. Dan tujuan pendidikan berdasarkan pandangan perenialisme adalah untuk mewujudkan peserta didik untuk hidup bahagia demi kebahagiaannya sendiri. Dengan mengembangkan akalnya maka akan dapat mempertinggi kemampuan berpikirnya. Pendidikan membantu anak menyingkapi dan menanamkan kebenaran-kebenaran hakiki, oleh karena itu kebenaran-kebenaran itu universal dan konstan, maka kebenaran-kebenaran tersebut hendaknya menjadi tujuan-tujuan pendidikan yang murni. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaik-baiknya melalui :
a.       Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.
b.      Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia spiritual.
            Dalam pandangan aliran perenialisme murid merupakan makhluk yang dibimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai kepada subyek didik, mencakup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, sikap dan tindakan kritis terhadap seluruh fenomena yang terjadi di sekitarnya.
            Pendidikan meurut paham perenialisme bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya : spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan.
            Proses pembelajaran dalam sisitem pendidikan yang dianut oleh  aliran perenialisme yaitu latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntunan tersebut. Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:
a.       Mental dicipline sebagai teori dasar
      Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan berpikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan dalam proses belajar. Karena program pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.
b.       Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan
      Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan itu, yaitu aktualisasi diri manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat merdeka.
c.       Learning to Reason (belajar untuk berpikir)
      Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
d.      Belajar sebagai persiapan hidup
      Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu dan seni.




e.        Learning through teaching
      Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensiself discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid – muridny, karena ia seorang profesional yang memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan dengan murid – muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih.
            Jadi, dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan aliran filsafat perenialisme terhadap pendidikan menekankan pada aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Mengapa demikian? karena ada pembelajaran pada bagian-bagian tertentu yang ada di zaman kuno dan abad pertengahan yang bisa dikembangk dan akan menjadi bekal dalam penimplementasian pendidikan di masa sekarang. Proses pembelajaran dalam sistem pendidikan yang dianut oleh  aliran perenialisme yaitu latihan dan disiplin mental yang bertujuan untuk membentuk siswa yang baik dalam berfikir maupun bersikap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar