REBO KASAN
UPACARA
TOLAK BALA ALA MASYARAKAT BANGKA
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini
tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis
oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Negara
Republik Indonesia memiliki berbagai macam adat istiadat, mulai dari rumah,
pakaian, kebiasaan dan lain sebagainya.
Bangka Belitung, yang merupakan
salah satu provinsi di Indonesia juga memiliki berbagai macam adat istiadat. Di
Bangka khususnya, ada salah satu adat istiadat yang dilaksanakan turun temurun di daerah-daerah tertentu
salayang di sebut “Rebo Kasan”.
Rebo Kasan
merupakan Upacara adat Tolak Bala / Tolak Kesialan yang disimbolkan dengan‘
ketupat lepas ‘ dan ‘air wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh
penduduk desa Air Anyir, Kecamatan Merawang yang merupakan agenda tahunan
setiap tanggal 24 safar (hijriyah).
Upacara
Adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual masyarakat
Melayu pesisir pantai di Kabupaten Bangka yang akulturasi dari
nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo
Kasan adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan
para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya
bahwa pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan
bencana sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000
bencana baik besar maupun kecil. Sehingga pada hari itu, manusia
dianjurkan untuk melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan
pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda sudah dicabutnya
bencana yang akan menimpa masyarakat.
Prosesi
ritual ini diawali dengan pencelupan air wafaq (air
minum yang sudah diberi doa) oleh tokoh masyarakat sebagai simbol untuk
menghalau bencana yang akan datang. Setelah itu doa tolak bala
dikumandangkan, yang dilanjutkan dengan inti ritual yakni pencabutan
ketupat lepas yang dibuat oleh orang tertentu. Ketupat yang digunakan
terbuat dari anyaman daun kelapa yang menyisakan dua ujung daun untuk
dicabut sampai lepas, sehingga dua helai daun kelapa kembali seperti
sebelum dianyam. Bentuk ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa. Bila
ketupat biasa berbentuk bulat, ketupat lepas berbentuk
panjang. Acara ritual diakhiri dengan makan bersama di dalam masjid
dari dulang (seperti nampan atau baki)
yang dibawa oleh masing-masing warga. Dulang itu berisi:
ketupat lengkap dengan lauk pauknya, lepet, dan buah-buahan.
Seiring
perkembangan zaman, proses upacara ini mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya. Pada awalnya, dua helai daun kelapa yang dicabut dari
ketupat itu dihanyutkan ke laut yang bermakna bahwa bencana yang
disimbolkan dengan dua helai daun kelapa telah dibuang ke laut. Sekarang,
pencabutan tersebut sudah menandakan tercabutnya bencana dari kehidupan
masyarakat. Jika dulu, Ritual Rebo Kasan dilakukan di Pantai Batu Karang
Mas (sekitar 1 km dari Desa Air Anyer), sekarang semua prosesi ritual
dilakukan dan dipusatkan di Masjid Desa Air Anyer. Dalam
proses ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan
pembacaan doa-doa Islam. Keunikan upacara ini adalah peserta ritualnya
yang semuanya menggunakan jubah putih, kecuali tokoh agama (Islam) yang
menggunakan jubah putih dan surban, dan aparat pemerintah yang
menggunakan seragam dinas.
Inti dari
upacara rebo kasan ini sendiri adalah menjaga kelestarian adat istiadat sebagai
destinasi keberagaman peninggalan leluhur dan upacara tolak bala/ kesialan namun
jika masih ada yang menganggap upacara ini ritual-ritual yang berhubungan
dengan jin laut( karena ketupat lepas di lepaskan di laut) maka hal tersebut
kembali lagi ke diri masing-masing bagaimana menanggapi Upacara ‘Rebo Kasan’
sendiri.
Sumber :
http://www.wisatamelayu.com/id/tour/405-Upacara-Rebo-Kasan/navgeo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar