Senin, 26 Desember 2016

REBO KASAN UPACARA TOLAK BALA ALA MASYARAKAT BANGKA

REBO KASAN
UPACARA TOLAK BALA ALA MASYARAKAT BANGKA


Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Negara Republik Indonesia memiliki berbagai macam adat istiadat, mulai dari rumah, pakaian, kebiasaan dan lain sebagainya.
Bangka Belitung, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia juga memiliki berbagai macam adat istiadat. Di Bangka khususnya, ada salah satu adat istiadat yang dilaksanakan  turun temurun di daerah-daerah tertentu salayang di sebut “Rebo Kasan”.
Rebo Kasan  merupakan Upacara adat Tolak Bala / Tolak Kesialan yang disimbolkan dengan‘ ketupat lepas ‘ dan ‘air wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk desa Air Anyir, Kecamatan Merawang yang merupakan agenda tahunan setiap tanggal 24 safar (hijriyah).
Upacara Adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual  masyarakat Melayu pesisir pantai di Kabupaten Bangka yang akulturasi dari  nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan  adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan  para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa  pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana sejak  terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun  kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama  yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda  sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa masyarakat.
Prosesi ritual ini diawali dengan pencelupan air  wafaq (air minum yang sudah diberi doa) oleh tokoh masyarakat sebagai  simbol untuk menghalau bencana yang akan datang. Setelah itu doa tolak bala  dikumandangkan, yang dilanjutkan dengan inti ritual yakni pencabutan ketupat  lepas yang dibuat oleh orang tertentu. Ketupat yang digunakan terbuat dari  anyaman daun kelapa yang menyisakan dua ujung daun untuk dicabut sampai lepas,  sehingga dua helai daun kelapa kembali seperti sebelum dianyam. Bentuk ketupat  ini berbeda dengan ketupat biasa. Bila ketupat biasa berbentuk bulat, ketupat  lepas berbentuk panjang. Acara ritual diakhiri dengan makan bersama di  dalam masjid dari dulang (seperti nampan atau baki) yang  dibawa oleh masing-masing warga. Dulang itu berisi: ketupat lengkap  dengan lauk pauknya, lepet, dan buah-buahan.
Seiring perkembangan zaman, proses upacara ini  mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Pada awalnya, dua helai daun kelapa  yang dicabut dari ketupat itu dihanyutkan ke laut yang bermakna bahwa bencana  yang disimbolkan dengan dua helai daun kelapa telah dibuang ke laut. Sekarang,  pencabutan tersebut sudah menandakan tercabutnya bencana dari kehidupan  masyarakat. Jika dulu, Ritual Rebo Kasan dilakukan di Pantai Batu Karang Mas  (sekitar 1 km dari Desa Air Anyer), sekarang semua prosesi ritual dilakukan dan  dipusatkan di Masjid Desa Air Anyer. Dalam proses  ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa  Islam. Keunikan upacara ini adalah peserta ritualnya yang semuanya menggunakan jubah putih, kecuali tokoh agama (Islam) yang menggunakan jubah putih dan surban, dan aparat pemerintah yang menggunakan seragam dinas.
Inti dari upacara rebo kasan ini sendiri adalah menjaga kelestarian adat istiadat sebagai destinasi keberagaman peninggalan leluhur dan upacara tolak bala/ kesialan namun jika masih ada yang menganggap upacara ini ritual-ritual yang berhubungan dengan jin laut( karena ketupat lepas di lepaskan di laut) maka hal tersebut kembali lagi ke diri masing-masing bagaimana menanggapi Upacara ‘Rebo Kasan’ sendiri.
Sumber :
http://www.wisatamelayu.com/id/tour/405-Upacara-Rebo-Kasan/navgeo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar