Aristoteles Thought
Aristoteles
memiliki pendapat yang sama dengan gurunya yaitu Plato, yang menyatakan bahwa
tujuan terakhir dari filosofi adalah pengetahuan tentang wujud/adanya dan yang
umum. Dia juga mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang sebenarnya hanya
dapat dicapai dengan jelas pengertian, bagaimana memikirkan adanya itu? Menurut
Aristoteles adanya itu tidak dapat diketahui dari materi benda belaka, tidak
pula dari pemikiran yang bersifat umum semata. Seperti pendapat Plato tentang
adanya itu terletak dalam barang satu-satunya, selama barang tersebut
ditentukan oleh yang umum. Pandangannya juga yang realis dari pandanganan Plato
yang selalu didasarkan pada yang abstrak. Ini semua disebabkan dari
pendidikannya diwaktu kecil yang senantiasa mengharapkan adanya bukti dan
kenyataan. Ia terlebih dahulu memandang yang konkrit, bermula dari mengumpulkan
fakta-fakta yang ada kemudian disusun menurut ragam dan jenis atau sifatnya
dalam suatu sistem setelah itu ia meninjaunya kembali dan disangkutpautkan satu
sama lain.
Bila
orang-orang shopis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh
kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat
mencapai kebenaran. Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri.
Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan pesona, ia
tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan kita tidak
usah mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita
mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita.
Pandangan
filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah sarana untuk mencapai
kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan. Etika
dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap ayang pantas dalam segala
perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak ditengah-tengah
antara dua ujung yag paliang jauh. Contohnya pemberani adalah sifat baik yang
terletak di antara pengecut dan nekad, dermawan terletak di antara kikir adan
pemboros, renadah hati terletak diantara berjiwa budi dan sombong, dan
lain sebagainya. Orang harus pandai mengusai diri agar tidak terombang-ambing
oleh hawa nafsu.
Namun,
dalam pemahamannya selain dalam permasalahan etika ia juga menyinggung masalah
tentang nilai-nilai matematika, fisika, astronomi dan filsafat. Ia menyatakan
bahwa putra-putri semu warga negara sebaiknya diajar sesuai dengan kemampuan
mereka, sesuatu pandangan mereka yang sama dengan doktrin Plato tentang
keberadaan individual, disiplin merupakan hal yang essensial untuk mengajarkan
para apemuda daan kaum laki-laki muda untuk mematuhi perintah-perintah dan
mengendalikan gerakan hati mereka.
Aristoteles
seorang filusuf yang terbesar, memberikan definisi bahwa manusia itu adalah hewan
yang berakal sehat yang mengeluarkan pendapatnya yang bebicara berdasarkan akal
pikirannya. (the animal that reasons). Dia pun mengajukan rumusan lain yaitu
manusia itu adalah hewan yang berpolitik (zoon politicion, political animal)
hewan yang membangun masyarakat diatas family-family menjadi pengelompokkan
yang impersonal dari opada kamapung dan negara. Ditambahnya pula bahwa manusia
itu political karena dia memiliki bahasa. Hal ini membawa kepada kesimpulan
bahwa semua hewan sosial (social animal) seperti lebah dan semut, mempunyai
beberapa pengucapan atau komunikasi. Akan tetapi Aristoteles selanjutnya
menerangkan pula bahwa keadilan umpamanya tanpa idea-idea termaksud maka jenis
masyarakat hewan sering mempunyai organisasi yang menarik perhatian dan prilaku
para anggotanya tertib dalam pengertian garis-garis insting yang terbatas, akan
tetapi kita tidak berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut tidak menginsafi
aturan-aturan dan mengubahnya dari waktauke waktu mereka tetap tidak pernah
beruasaha memikirkan suatu cita keadilan.
Sumber : http://www.si-pedia.com/2014/12/biografi-aristoteles-dan-pemikiran-filsafat- nya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar