FILSUF DUNIA PENGANUT PAHAM
PRAGMATISME
Berbicara
tentang pragmatisme, aliran filsafat ini sudah pernah dibahas dari postingan
blog saya sebelumnya yang menjelaskan bagaimana sistem pemikiran aliran
pragmatisme, yang akan sdi ulas sedikit gunakmengingatkan. Aliran filsafat
pragmatisme merupakan aliran yang memandang bahwa kebenaran itu adalah sesuatu
yang dinyatakan berguna untuk kehidupan.
Ada beberapa
filsuf yang memiliki pemikiran yang
sejalan dengan aliran filsafat pragmatisme yaitu :
1.
Charles
Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan
sementara/ pegangan dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan
menurut tujuan kita. Horton dan Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul
Background of American literary thought(1974) menjelaskan bahwa peirce
memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi
pragmatisme sebagai berikut :
a. Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan
sebenarnya tidak lebih dari pada kemurnian opini manusia.
b. Bahwa apa yang kita namakan
“universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan menerima keyakinan dari
“community of knowers “.
c. Bahwa filsafat dan matematika harus
di buat lebih praktis dengan membuktikan bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan
yang terdapat dalam filsafat dan matematika merupakan hal yang nyata bagi
masyarakat(komunitas).
2.
William
James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”,
ia juga menamainya “empirisme radikal”. Menurut James, pragatisme adalah aliran
yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai
yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal saja membawa akibat
praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistik, semuanya
bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat.
Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus
tidak menerima suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara
langsung. Dalam bukunya The Meaning of
The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal
yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang
dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam
pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman
berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat
yaitu Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan
empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.Sementara,
Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan
yang bersifat rasional.
Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep
pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan
menghasilkan hasil-hasil yang memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide
dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan yang
dapat dipercayai tersebut membawa kearah kebaikan.
Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip
dasar terhadap pragmatisme, sebagai berikut:
a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi
spontan, berhenti dan tak dapat di prediksitetapi dunia benar adanya.
b. Bahwa kebenaran tidaklah melekat
dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada ide-ide daam proses yang dipakai
dalam situasi kehidupan nyata.
c. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa
yang menjadi keinginannya untuk percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya
tidak berlawanan dengan pengalaman praktisny maupun penguasaan ilmu
pengetahuannya.
d. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak
merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam
kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang
dunia tempat kita tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
3. John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut
sistemnya dengan istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah
untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia
dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis
pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat
tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya.
Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta
mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan
dapat menyusun suatu system norma-norma dan nilai.
Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu
teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan
penyimpulan penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan
yang berdasarkan pengalaman-penglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai
konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah
transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu
menjadi suatu keadaan yang tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan
penilainnya adalah alat( instrumental) . jadi yang di maksud dengan
instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yag bermacam-macam. Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum
selesai penciptaanya. Sikap Dewey dapat di pahami dengan sebaik-baiknya dengan
meniliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme yaitu :
a. Pertama, kata temporalisme yang
berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
b. Kedua, kata futurisme, mendorong
kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
c. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa
dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini juga dianut
oleh wiliam James.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar