BIOGRAFI
FILSUF DUNIA
Filsafat,berbicara tentang filsafat berarti
berbicara tentang apa yang di fikirkan seseorang terhadap sesuatu.Filsafat
merupakan ilmu yang merujuk bagaimana cara pikir atau cara pandang manusia.
Filsafat merupakan ilmu yang menyelami dunia pemikiran yang memungkinkan orang-orang
untuk berfikir bagaimana cara membawa apa yang tidak mungkin menjadi mungkin
dan membawa apa yang ada di “langit” ke “bumi”. Jadi orang-orang yang mau
menyelami dunia pemikiran lebih dalam dan berfikir dengan cara berfilsafat di
sebut filsuf.Adapun saya disini akan memberi informasi kepada anda siapa saja
filsuf-filsuf dunia yang pemikirannya bisa kita gunakan di kehidupana .
Mau
tau siapa saja para pemikir keras itu.Chek it out!
1.
Thales
(625-545 SM/624-546 SM)
Thales adalah orang pertama yang
diketahui melakukan proses berfikir dengan cara berfilsafat (atau setidaknya
sejarah mencatat seperti itu). ini berarti Kakek Thales ini (Karena dia sudah
tua sekali jika dilihat dari tahun lahir) adalah oran pertama yang menolak
untuk tunduk pada mitologi nenek moyang, sekaligus orang pertama yang berani
menanyakan dari mana asal muasal dunia ini hingga ada?
Thales menawarkan pola pikir yang
mengatakan bahwa Air adalah asal usul dari dunia ini. Pernyataanya ini
berlanjut dengan mengatakan bahwa bumi (dunia) ini sendiri terapung di atas
air. Ini dapat diperolehnya dengan menerapkan pertanyaan tentang dari mana
alam ini berasal? dan Apa yang menjadi penyebab penghabisan dari segala
yang ada? Thales mengatakan bahwa unsur terpenting untuk setiap kehidupan
adalah air. Tentu saja, karena semua mahluk hidup butuh air, bahkan tanah akan
mengalami kekeringan jika tidak ada air, dan kebanyakan mahluk hidup akan mati
dalam situasi seperti itu. Premis ini akan menjadikan air sebagai asal dari
segala sesuatu karena tanpa air segala sesuatu dapat dikatakan “akan mati”, dan
itu (ketiadaan air) pastinya akan menjadi penyebab penghabisan dari segala yang
ada. Air dapat berubah menjadi gas seprti uap dan benda padat seperti es,
sederhanyanya, air dapat menjadi apa saja.
2.
Anaximander
(610-547 S.M.)
Anaximander juga merupakan salah
satu dari filsuf alam. Anaximander memiliki pandangan yang berbeda dengan
Thales yang mengatakan Air adalah asal dari kehidupan. Pendapat
Anaximander mengatakan bahwa hanya ada satu asal dari semua yang ada, dan itu
haruslah bersifat tidak terbatas. Ini menjadi sebuah antitesis dari Anaximander
untuk Thales. Karena pertanyaannya adalah, Bagaimana air dapat berubah
menjadi api? Maka diambillah kesimpulan bahwa air memiliki batasan.
Sedang asal muasal itu haruslah memiliki ruang lingkup tidak terbatas, dan
dapat bergerak. Selain itu, materi asal ini haruslah tidak dapat dilihat atau
dirasakan dengan indra, tetapi hanya dapat dirasakan dan dicari dengan pikiran.
Oleh Anaximander materi asal itu
diberi nama Apeiron. Apeiron sendiri adalah zat yang memiliki
sifat-sifat seperti Om sebutkan sebelumnya, yaitu tidak terhingga, tidak
terbatas, tidak dapat dicari wujudnya, dan tidak mungkin sama dengan apapun.
Segala yang terlihat sebagai sesuatu yang nyata (dapat dirasakan oleh indra
manusia) dianggap memiliki akhir, sehingga masih dapat diukur dan memiliki
batasannya. Karena itu, materi asal ini mustahil akan muncul dari salah satu
dari segalamacam hal yang memiliki akhir dan keterbatasan itu.
3.
Anaximenes
(585 – 494 S.M.)
Berbeda dengan Anaximenes, dia mengatakan bahwa Udara adalah asal mula dari alam
ini. Karena pertanyaannya, Bagaimana mungkin sesuatu yang bahkan tidak
ada (dan hanya dapat dicari dalam pikiran) dapat menjadi asal mula segalanya?
Maka bukankah itu udara? Karena menurut Anaximenes, padamulanya segala
sesuatu adalah udara, kemudian terjadi pemadatan dan pengenceran terhadap udara
ini. udara yang memadat berubah menjadi angina, air, tanah dan batu. Sedang
udara yang mengencer berubah menjadi api. Sebagai kesimpulan ajarannya, Anaximenes
mengatakan:
“Sebagaimana jiwa kita, yang tidak
lain dari pada udara, menyatakan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia
ini jadi satu.”
Pada titik inilah pemahaman tentang
jiwa pertama kali masuk dalam pemikiran filsafat. Walaupun Anaximenes sendiri
tidak mengkaji lebih lanjut pemikirannya tentang jiwa ini. Ketiga filsuf inilah
(Thales, Anaximander dan Anaximenes) yang kemudian dikenal sebagai The
Milesians, karena ketiganya berasal dari daerah Miletus di Yunani. Selain
itu, mereka juga adalah orang-orang yang mazhab filsafat yang pertama yaitu
filsafat alam. Dari mazhab ini muncul beberapa pokok pemikiran atau garis besar
cara berpikir yang kedepannya menjadi acuan bagi tradisi keilmuan Barat, yaitu:
“Keinginan untuk penjelasan yang
sederhana atas sebuah masalah”
Penekanan pada pengamatan untuk
mendukung teori keterikatan pada naturalisme (pandangan bahwa suatu fenomena
alam haruslah dijelaskan dengan fenomena alam yang lain), dan Monisme
(pandangan bahwa pada hakikatnya terdapat hanya satu unsur dasar bagi segala
sesuatu).
4.
Pythagoras
(572 – 500 S.M.)
Sekarang
kita berpindah dari daerah Miletus ke Kepulauan Samos masih di Yunani. Disini
terdapat seorang filsuf yang juga cukup terkenal yaitu Pythagoras. Om rasa kalian
sudah kenal nama ini (apalagi yang belajar matematika lanjutan tentunya).
Pythagoras adalah seroang pemikir yang menaljutkan pemikiran Milesia, namun
agak berdeda, disini Pythagoras tidak mencari hakikat asal muasal alam dari
material tertentu. Tapi dia malah mengatakan hal yang cukup menarik, yaitu
segala sesuatu yang ada hakitkanya adalah angka.
Dia
beranggapan bahwa batasan suatu benda dari benda lain adalah angka, karena itu
segala sesuatu haruslan ditentukan dengan bilangan, atau sederhananya, realita
haruslah dapat diukur dengan angka dan dalam perhitungan rumus matematis.
Pengaruh dari pemikiran filsafat Pythagoras ini begitu besar hingga mampu
bertahan selama 400 tahun. Bahkan salah satu yang terkena pengaruhnya adalah
Plato, yang nantinya menjadi salah satu filsuf aliran klasik yang memiliki nama
besar.
5.
Heraclitos
(470 S.M.)
Heraclitos
adalah seorang filsuf yang berpendapat bahwa arche (unsur dasar dari
alam semesta) adalah api. Ini sebagai jawaban Heraclitos tentang hubungan
antara yang ters berubah (sebagaimana yang dirasakan indra) dengan yang tetap
(sebagaimana yang dapat dipikirkan). Karena itu, api dianggapnya sebagai
lambing dari sesuatu yang terus berubah sekaligus memiliki sifat tetap. Ini
berhubungan dengan pendapatnya bahwa dunia harus ditafsirkan berdasarkan
prosesnya, bukan bendanya. Dan api sebagai unsur dasar dari dunia, mampu
menjadi medium untuk segala proses itu. Karena menurut Heraclitos, di dalam
apilah segala sesuatu dapat berubah. Dari pandangan ini Heraclitos menarik kesimpulan
bahwa realitas bukan terdiri dari sejumlah benda, tetapi merupakan proses dari
penciptaan dan pemusnahan yang terus menerus. Untuk memahami itu, contohnya
adalah seseorang yang melangkah di sungai yang mengalir pasti tidak sedang
melangkah di air yang sama. Karena itu, menurut Heraclitor segala sesuatu yang
ada mengalami perubahan, kecuali perubahan itu sendiri.
Pemikiran
lain dari Heraclitos adalah konsepsinya tentang Logos. Logos adalah
sebuah logika yang mengatur perubahan menjadi sebuah fenomena yang tidak
bersifat arbitrer melainkan rasional (masuk akal). Logos ini sendiri tidak
dapat diamati. Konsep logos ini sendiri nantinya sangat berpengaruh bagi
pandangan filsafat Plato.
6.
Permanides
(515-440 S.M.)
“Ada adalah ada. Tidak ada adalah tidak ada.”
Kalimat diatas adalah tesis yang
dikemukakan oleh Permanides, seorang filsuf yang berasal dari Elia. Permanides
adalah orang pertama yang memikirkan tentang hakikat realitas. Menurutnya ada
hanyalah ada selama dia nyata, dan dapat dipikirkan. Karena tidak mungkin kita
memikirkan sesuatu yang tidak ada. Tidak mungkin juga yang ada menghilang ke
tempat yang tidak ada. Karena itu, yang ada (nyata) itu haruslah bersifat satu,
umum, tetap, dan tidak dapat dibagi-bagi. Lebih jauh lagi, konsep yang ditawarkan
Permanides ini membawa kita pada kesimpulan bahwa tidak ada sesuatu yang
bergerak. Karena gerak akan mengakibatkan proses berpindahnya sesuatu yang ada
menjusu tidak ada. Bagi Permanides, perubahan berarti kemunculan
dari sesuatu yang baru, sedang sesuatu yang baru itu harusnya tidak ada
sebelumnya; karena hal yang tidak ada sebelumnya seharusnya tetap tidak ada
karena tidak bisa dipikirkan, karena itu perubahan tidak akan pernah ada. Ini
merupakan kebenaran logika yang dikemukakan oleh Permanides. Pemikiran inilah
yang kedepannya menjadi bibit dari rasionalisme.
7.
Demokritos
(420 SM)
Demokritos
berasal dari Abdera. Dia adalah orang yang mengatakan bahwa dunia tersusun dari
benda-benda yang disusun oleh sekelompok atom. Pandangan filsafatnya ini
sejalan dengan pendapat filsuf lainnya, yaitu Leucippus. Menurut Leucippus,
atom ialah partikel kecil materi yang dipisahkan satu sama lain oleh kehampaan,
atom-atom bergerak oleh keniscayaan. Karena itu, sesuatu yang misterius dibalik
yang tampak adalah sejumlah atom yang tak terbatas. Atom-atom yang tidak dapat
ditembus dan tidak dapat berubah komposisinya. Atom hanya berada dalam bentuk
dan susunan. Semua perubahan yang dilihat indra disebabkan oleh pengelompokan
atom-atom primer. Kesamaan pandangan ini membuat mereka berdua (Demokritos dan
Leucippun) dikatakan sebagai seorang atomist.
Pandangan
filsafat Demokritos ini berlandas pada pemahaman bahwa dunia memang harus
tersusun oleh sesuatu yang tetap, tak dapat dibagi, dan abadi. Oleh Demokritos,
sesuatu itu diberi nama Atom yang artinya “tak dapat dibagi”.
Atom dianggap sebagai materi dasar dari segala yang ada. Atom digambarkan
memiliki bentuk yang beraneka ragam, sebagian bulat mulus, sebagian lagi tak
beraturan dan memiliki gerigi. Kemudian atom-atom itu saling mengait karena
proses kebetulan semata, ini karena Demokritos tidak mempercayai ada kekuatan
dari dunia linear atau jiwa yang berperan dan ikut campur dalam proses
penciptaan. Setelah salaing mengait itulah atom-atom membentuk wujud lain
seperti manusia, pohon, meja, dan lain-lain. Kemudian tentang jiwa, Demokritos
mengatakan jiwa terdiri dari atom yang paling bulat dan halus, sehingga tidak
dapat mengait atom lainnya untuk berubah bentuk. Realitas sendiri dipahami oleh
jiwa dan pikiran karena benda-benda di dunia realita melepaskan gambar (dalam
bentuk atom) yang bentuknya sama dengan bendanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar