Rabu, 28 Desember 2016

FILSAFAT HEGEL

FILSAFAT HEGEL

George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) adalah filsuf Jerman yang dikenal sebagai pendiri idealisme moderen. Pokok-pokok pemikirannya sangat beragam dan mempengaruhi banyak filsuf sesudahnya, mulai dari Karl Marx hingga mazhab Frankfurt dengan tokoh utama Theodor Adorno, Max Horkheimer dan Herbert Marcuse.
Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Filsafatnya banyak di inspirasikan oleh Imanuel Kant dengan filsafat ilmunya ( filsafat dualisme), Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme dan Rasionalisme, keduanya bagi Kant terlalu ekstrem dalam mengklaim sumber pengetahuan. “Revolusi Kantian” kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya.
Hegel yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian menemukan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Ketertarikan Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan bagian dunia, bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika. Pada garis besarnya sesuai dengan perkembangan Roh, maka sistem filsafat Hegel dapat dibagi kepada tiga pokok utama:
Pertama, tahap ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”, filsafat yang membicarakan Roh dalam posisi semacam ini disebut dengan logika. Logika yang memandang Roh yang memandang Roh dalam dirinya yang bebas dalam batas ruang dan waktu.
Kedua, tahap ketika Roh berada dalam keadaan “berbeda dengan dirinya sendiri”. Roh disini sudah diluar dirinya atau terasing dari dirinya Hegel menyebut sebagai pembahasan filsafat alam.
Ketiga, tahap dimana Roh kembali pada dirinya sendiri, ringkasnya Roh berada dalam keadaan “dalam dirinya dan bagi dirinya sendiri”, pembahasan ini disebut dengan filsafat Roh.
1.      Fenomenologi Roh
Sebelum membahas tahapan diatas, penting kita membahas sedikit karya termasyur Hegel yaitu Fenomenologi Roh. Dalam karyanya ini Hegel menjelaskan bagaimana kesadaran manusia itu berkembang dalam proses dari tahapan paling rendah ke tahapan yang paling tinggi.
a.      Kesadaran:
Kepastian indrawi, bahwa kesadaran pada taraf yang palih bawah adalah suatu pengindraan atas objek-objek khusus.
b.      Kesadaran diri: kesadaran diri yang paling rendah, yakni hasrat (sikap penguasaan atau pemuasan kepentingannya). Kesadaran yang libih tinggi adalah “ke-Kita-an” atau kesadaran sosial. Hegel menjelaskan bahwa ke-kita-an ini dapat dicapai melalui kontradiksi.
c.       Rasio: pada tahap ini, kontradiksi diatas dapat diatasi yang adalah sintesis antara kesadaran dan kesadaran diri, sehingga muncul kesadaran universalitas.
d.      Roh: kesadaran itu (universalitas) tak lain dari pada Roh itu sendiri yang sadar diri. Hegel menunjuk kesadaran moral yang tampil dalam aneka insitusi sosial merupakan bentuk sintesis yang kurang sempurna.
e.       Religius (agama): pada tahap ini sintesis itu betul-betul dicapai. Dalam tahapan ini Roh Absolut mengenal dirinya dalm beragama.
2.      Logika (logik)
Logika yang dimaksud Hegel bukanlah logika yang terpisah dari metafisika, tetapi sebuah metafisika. Disini Hegel memberikan alasannya, yaitu Yang Absolut itu pikiran Absolut, maka ilmu tentang berpikir haruslah ilmu tentang realitas atau Yang Absolut. Logika Hegel berusaha mempelajari kategori-kategori ini dalam arti menjelaskan hakikat-hakikat pikiran Absolut atau realitas yang terwujud dalam alam dan sejarah.
3.      Filasafat alam
Dalam filsafat alam mempelajari Yang Absolut telah mengasingkan diri dalam alam. Sehingga alam tidak lain dari pada alienasi diri. Alam adalah roh absolute yang belum sadar diri, maka tak ada kebebasan dalam alam.
Alam merupakan tahap dalam kehidupan Yang Absolut sendiri, yakni tahap eksternalitasnya. Disini Hegel mendapati maslah yang mendasar. Disatu pihak Hegel tidak setuju kalau Alam disamakan dengan Allah atau Yang Absolut, dan dipihak lain dari sudut idealistisnya alam objektif tak terlepas dari Yang Absolut. Disini cukup ditunjukan bahwa kesulitan Hegel ini bersumber dari pendirian idealistisnya bahwa yang rel itu rasional dan yang rasional adalah real. Artinya, Alam bagaimanapun adalah ideal, tidak material. Dan yang merupakan realitas yang sesungguhnya ada adalah yang ideal.
4.      Filsafat Roh
Dalam Filsafat Roh mempelajari bagaimana Yang Absolut mengenali dirinya kembali, menjadi sesuatu yang ada “pada dan bagi dirinya”. Filsafat Roh dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama disebut Roh Subjektif, dan dia juga membagi dalam tiga tahap. Tahap terendah adalah peralihan dari Alam ke Roh. Peralihan itu terjadi pada jiwa manusia sebagai subjek yang mengindrai. Tahap kedua adalah kesadaran diri. Tahap ketiga, membicarakan mengenai pikiran subjrektif.
Kedua, “Roh Objektif” yaitu Roh yang mengobjektifikasi diri dalam kehidupan sosial. Hegel membagi tiga tahap: pertama, Hegel berbicara mengenai “Hak” dalam kesadaran subjektif atau roh subjektif menyatakan dalam hal-hal material. Lalu tahap ini dilanjutkan dengan sebuah alienasi dari hak itu dalam kontrak. Didalam “kontrak” semua kesadaran dipersatukan. Kedua tahap diatas lalu disintesiskan pada tahap ketiga, yaitu moralitas. Moralitas bukanlah kesadaran akan kewajiban yang konkret, melainkan Hegel telah mengabstraksikan menjadi kehendak bebas yang sadar pada dirinya sendiri, dari keseluruhan kehidupan etis manusia yang bersifat subjektif dan objektif. Kesatuan antara subjektivitas dengan objektivitas, hegel menyebut “die Sttlichkeit” (kesusilaan).
Hegel menjelaskan bahwa kehidupan moral tampil dalam substansi etis: keluarga, masyarakat sipil dan Negara. Dalam Roh Objektif, filsafat Hak menjadi filsafat politik. Ketiga substansi etis itu menjadi sintesis antara subjektivitas dengan objektivitas yang sudah tercapai dalam moralitas. Serta ketiga substansi etis berkembang dalam tiga tahap institusional. Keluarga merupakan tahap terendah karena disitu anggota terikat dengan emosi. Tahap ini akan terancam hancur ketika anak-anak menjadi dewasa yang rasional, maka tahap berikutnya adalah masyarakat sipil yang tersusun dari individu-individu yang mencapai tujuan sendiri-sendiri. Tahap ini pula akan mengalami kehancuran karena masyarakat mengadakan institusional hukum. Dan tahap selanjutnya sebagai sintesis adalah Negara.
Sejarah adalah proses yang dilalui Roh untuk menyadari dirinya. Sehingga sejarah merupakan proses kemajuan kesadaran penuh dan kebebasan. Dalam sistem filsafat Roh dari Hegel, sejarah mempunyai tempat didalamnya. Didunia ini banyak terdapat Negara, maka diperlukan perjanjian untuk mengaturnya dan jika perjanjian itu dilanggar, maka akan terjadi perang. Hegel memberi nilai positif terhadap perang walaupun perang mengandung ketidakadilan dan penderitaan, namun menurut Hegel perang merupakan keniscayaan rasional.  Dan menurut Hegel, perang adalah keharusan rasional. Negara merupakan tahap dari yang disebut roh dunia, interaksi dan kontradiksi-kontradiksi diantara Negara menghasilkan perang. Hegel berpendapat perang disini justru akan mengerakan dialektika sejarah menuju Roh dunia.
Tahap ketiga dari filsafat Roh adalah Roh Absolut. Dari segi epistemologis, Roh Absolut adalah Roh pada taraf pengetahuan absolut yang dijelaskan Hegel Fenomenologi Roh. Tetapi dari segi metafisis, Dia adalah Yang Absolut sendiri. Jadi, bagi Hegel Yang Absolut adalah pengetahuan absolut. Karena pengetahuan didasari oleh manusia, bukan berarti manusia adalah Absolut, melainkan bahwa Yang Absolut itu menyadari dirinya sendiri sebagai Roh yang memikirkan dirinya melalui roh manusia. Individu memiliki kesadaran yang berbeda dari kesadaran diri individu yang lain. Kesadaran diri subjektif bukan Yang Absolut, melainkan berada dalam Yang Absolut. Selama individu hanya menyadari dirinya sendiri maka dia belum memiliki pengetahuan Absolut itu. Pengetahuan Absolut dapat dicapai melalui sejarah pemikiran menjadi sadar diri, akan tetapi sejarah dilalui banyak kontradiksi-kontradiksi. Ada konfik antar Negara yang diakhiri perang sebelum menuju ke Roh Dunia. Dalam Roh Dunia , Roh Absolut atau Pengetahuan Absolut terjadi antara subjektivitas dan objektivitas pada taraf yang luhur yaitu “Identitas Absolut” menurut Schelling.
Dalam pandangan Hegel, seluruh kenyataan merupakan suatu kejadian dan kejadian itu merupakan kejadian Roh. Dan Roh itu adalah “itu Dia yang Absolut atau Allah. Menurut Hegel, Roh sebagai realitas Absolut sesungguhnya merupakan suatu ide yang melewati alam. Sekadar untuk diketahui bahwa dalam memahami alam, Hegel berbeda dengan Spinoza. Spinoza memahami alam sebagai satu Substansi yang memiliki satu kesatuan, sedangkan Hegel memahami alam sebagai satu tahap dalam kejadian Roh Absolut. Oleh karena itu, Hegel mengajukan bahwa dalam Roh mutlak itu terdapat Roh subyektif, yaitu subyek yang memiliki kesadran terhadap dirinya sendiri. Apa yang disebut sebagai Roh subyektif ini mengalami suatu perubahan menjadi Roh obyektif yang menciptakan suatu gambaran tentang hukum, moral, dan lain sebagainya. Karena Roh ini mengalami perubahan, maka puncak dari perkembangan Roh ini adalah Roh Absolut sebagai realitas yang sempurna.
Di dalam Roh yang Aboslut ini, terkandung seni, agama, dan filsafat yang memiliki realitas Absolut atau Yang Tak Terhingga sebagai obyek perefleksiannya. Ketiganya merefleksikan yang Absolut itu dalam cara pandang yang berbeda-beda. Misalnya: seni memahami yang Absolut melalui pengamatan inderawi, yaitu melalui lukisan-lukisan. Melalui keindahan sebuah karya seni, Hegel melihat bahwa manusia dapat menunjukkan kemampuannya untuk memahami keindahan alam yang merupakan kesaksian sempurna terhadap fakta bahwa manusia dapat mengintuisi keindahan. Namun, alam hanyalah sebagai simbol yang ada dalam pikiran manusia, karena ada yang lebih indah dari alam, yaitu Allah sebagai realitas murni yang tak terbagi. Demikian juga agama mamahami Yang Absolut dalam imajinasi, yaitu melalui refleksi atau permenungan sehari-hari. Sedangkan filsafat memahami Yang absolut melalui rasionalitas atau pencarian akal budi manusia. Kendatipun ketiga unsur ini memiliki cara tersendiri untuk memahami Yang Absolut itu, namun mereka mempunyai obyek pengamatan yang sama, yaitu Allah sebagai realitas murni, tunggal, utuh dan tak terbatas.

Sumber :
Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Pustaka Sastra LKiS, Yogyakarta, 2004
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, 2004
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004


Tidak ada komentar:

Posting Komentar