FILSAFAT ILMU
Filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu Philosophia, kata
berangkai dari kata Philein yang berarti mencintai, dan Sophia berarti
kebijaksanaan. Philosophia berarti “cinta akan kebijaksanaan” Orang yang
berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “filusuf” atau
“filosof”, artinya pencinta kebijaksanaan.
Filsuf Heroklaitos (540-480 SM) sudah memakai kata filsafat
untuk menerangkan hanya Tuhan yang mengetahui hikmah dan pemilik hikmah.
Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai pencari dan pencinta
hikmah. Kemudian Sokrates (470-399 SM) memberi arti filsafat dengan tegas,
yaitu pengetahuan sejati, terutama untuk menentang kaum Sofis yang menanamkan
dirinya para bijaksana (sofos). Ia bersama pengikutnya menyadari bukan
orang yang bijaksana, tetapi hanya mencintai kebijaksanaan dan berusaha
mencarinya.
Dalam arti pengetahuan sejati (pengetahuan yang benar), kata
Philosophia bertahan mulai Plato sampai Aristoteles, tetapi objeknya
meliputi juga ilmu, yaitu usaha untuk mencari sebab yang universal. Pembentukan
kata filsafat menjadi kata Indonesia diambil dari kata Barat “fil” dan ”safat”
dari kata Arab sehingga terjadilah gabungan antara keduanya dan menimbulkan
kata ”filsafat”.Kata Sophia dipindahkan oleh orang Arab kedalam bahasa
mereka dengan kata hikmah. Hal ini berdasarkan pada QS. Al-Baqarah ; 269 ;
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ
يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا
أُوْلُوا الْأَلْباَبِ. (البقرة : 269)
Artinya ; “Allah menganugerahkan al-Hikamah kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan barang siapa yang dianugerahi al-Hikmah itu, ia telah
benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang
yang barakallah yang dapat diambil dari QS. Al-Baqarah ; 269).
Tidak dapat diingkari bahwa
“berfilsafat” sebagai manifestasi kegiatan intelektual yang telah meletakkan
dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan masyarakat ilmiah ala
Barat yang diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di Abad ke-6 SM. Bahwa kelahiran
filsafat tidak dirintis oleh dunia Timur sudah ditegaskan oleh Diogenes
Laertius di tahun 200. Apa yang datang dari dunia Timur bukanlah filsafat
melainkan ajaran-ajaran praksis-terapan seperti ilmu perbintangan, ilmu
pengobatan, ilmu hitung dan sebagainya.
Penegasan tersebut dapat difahami
karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran. pertama,
pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
masyarakat, proses, dan produk. Kaidah-kaidah yang melandasinya, sebagaimana
dikatakan oleh Robert Merton adalah universalisme, komunisme,
dis-interestedness, dan skeptisisme yang terarah dan teratur. Kedua,
pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktu atas
komponen-komponen, objek sasaran yang hendak diteliti, yang diteliti atau
dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara
tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem.
Dalam komponen diatas, dapat diambil
sedikit kesimpulan, bahwa ilmu dan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan konsep
kajian kefilsafatan.
Untuk memahami arti dan makna
filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat. Bila kita
memandang pengetahuan-pengetahuan demonstratif sebagaimana telah dikembangkan
dewasa ini, kita menemukan bahwa ada pengetahuan-pengetahuan berbeda-beda
tentang pokok soal yang sama ( misalnya, Biologi, Psikologi, dan Filsafat
kodrat manusia mempunyai sekurang-kurangnya sebagian, pokok soal yang sama,
manusia). Dan semuanya itu bermaksud menemukan apa yang dapat diketahui tentang
manusia, semuanya itu mempunyai obyek material yang sama. Lalu apa
perbedaaannya ? cara-cara mengetahui, dan macam-macam pengetahuan yang
diperolehnya, berbeda-beda, macam perbedaan ini adalah obyek yang dipandang
secara eksplisit sebagaimana obyek itu dapat diketahui. Oleh karenanya, cara
pengetahuan kita, asas-asas yang kita pakai, jenis argumentasi yang kita
gunakan, termasuk dalam pengertian obyek formal. Untuk memberikan lukisan yang
cermat dan lengkap tentang suatu pengetahuan, kita menunjukkan obyek
materialnya sebagaimana dicirikan oleh obyek formalnya, ini kita sebut obyek
sebenarnya dari suatu pengetahuan.
Dengan demikian, Filsafat Ilmu merupakan satu-satunya medium
resmi untuk memperbincangkan ilmu. Dalam kaitannya dengan ilmu, filsafat tidak
lebih dari model pandang atau perspektif filosofis terhadap ilmu. Karena itu,
tidak menawarkan materi-materi ilmiyah, tetapi sekedar tinjauan filsofis
mengenai pengetahuan yang dicapai oleh suatu ilmu. Bidang Filsafat Ilmu
meliputi epistimologi, aksiologi, dan ontologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar