Minggu, 25 Desember 2016

FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU


Filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu Philosophia, kata berangkai dari kata Philein yang berarti mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti “cinta akan kebijaksanaan” Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “filusuf” atau “filosof”, artinya pencinta kebijaksanaan.
Filsuf Heroklaitos (540-480 SM) sudah memakai kata filsafat untuk menerangkan hanya Tuhan yang mengetahui hikmah dan pemilik hikmah. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai pencari dan pencinta hikmah. Kemudian Sokrates (470-399 SM) memberi arti filsafat dengan tegas, yaitu pengetahuan sejati, terutama untuk menentang kaum Sofis yang menanamkan dirinya para bijaksana (sofos). Ia bersama pengikutnya menyadari bukan orang yang bijaksana, tetapi hanya mencintai kebijaksanaan dan berusaha mencarinya.
Dalam arti pengetahuan sejati (pengetahuan yang benar), kata Philosophia bertahan mulai Plato sampai Aristoteles, tetapi objeknya meliputi juga ilmu, yaitu usaha untuk mencari sebab yang universal. Pembentukan kata filsafat menjadi kata Indonesia diambil dari kata Barat “fil” dan ”safat” dari kata Arab sehingga terjadilah gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata ”filsafat”.Kata Sophia dipindahkan oleh orang Arab kedalam bahasa mereka dengan kata hikmah. Hal ini berdasarkan pada QS. Al-Baqarah ; 269 ;
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُوا الْأَلْباَبِ. (البقرة : 269)
Artinya ; “Allah menganugerahkan al-Hikamah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa yang dianugerahi al-Hikmah itu, ia telah benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang barakallah yang dapat diambil dari QS. Al-Baqarah ; 269).

Tidak dapat diingkari bahwa “berfilsafat” sebagai manifestasi kegiatan intelektual yang telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan masyarakat ilmiah ala Barat yang diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di Abad ke-6 SM. Bahwa kelahiran filsafat tidak dirintis oleh dunia Timur sudah ditegaskan oleh Diogenes Laertius di tahun 200. Apa yang datang dari dunia Timur bukanlah filsafat melainkan ajaran-ajaran praksis-terapan seperti ilmu perbintangan, ilmu pengobatan, ilmu hitung dan sebagainya. 
Penegasan tersebut dapat difahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran. pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, proses, dan produk. Kaidah-kaidah yang melandasinya, sebagaimana dikatakan oleh Robert Merton adalah universalisme, komunisme, dis-interestedness, dan skeptisisme yang terarah dan teratur. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktu atas komponen-komponen, objek sasaran yang hendak diteliti, yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem.
Dalam komponen diatas, dapat diambil sedikit kesimpulan, bahwa ilmu dan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan konsep kajian kefilsafatan. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat. Bila kita memandang pengetahuan-pengetahuan demonstratif sebagaimana telah dikembangkan dewasa ini, kita menemukan bahwa ada pengetahuan-pengetahuan berbeda-beda tentang pokok soal yang sama ( misalnya, Biologi, Psikologi, dan Filsafat kodrat manusia mempunyai sekurang-kurangnya sebagian, pokok soal yang sama, manusia). Dan semuanya itu bermaksud menemukan apa yang dapat diketahui tentang manusia, semuanya itu mempunyai obyek material yang sama. Lalu apa perbedaaannya ? cara-cara mengetahui, dan macam-macam pengetahuan yang diperolehnya, berbeda-beda, macam perbedaan ini adalah obyek yang dipandang secara eksplisit sebagaimana obyek itu dapat diketahui. Oleh karenanya, cara pengetahuan kita, asas-asas yang kita pakai, jenis argumentasi yang kita gunakan, termasuk dalam pengertian obyek formal. Untuk memberikan lukisan yang cermat dan lengkap tentang suatu pengetahuan, kita menunjukkan obyek materialnya sebagaimana dicirikan oleh obyek formalnya, ini kita sebut obyek sebenarnya dari suatu pengetahuan.
Dengan demikian, Filsafat Ilmu merupakan satu-satunya medium resmi untuk memperbincangkan ilmu. Dalam kaitannya dengan ilmu, filsafat tidak lebih dari model pandang atau perspektif filosofis terhadap ilmu. Karena itu, tidak menawarkan materi-materi ilmiyah, tetapi sekedar tinjauan filsofis mengenai pengetahuan yang dicapai oleh suatu ilmu. Bidang Filsafat Ilmu meliputi epistimologi, aksiologi, dan ontologi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar