Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini, yaitu
dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain. Dengan akal dan pikiran ini manusia bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya
dan semaksimal mungkin, yaitu manusia bisa berfikir tentang segala sesuatu
secara jauh dan mendalam, dengan menggunakan logikanya. Kemampuan berfikir
manusia ini dinamakan berfilsafat. Filsafat adalah kemampuan berfikir manusia
menurut logika, secara bebas dan tidak terikat pada tradisi atau aturan-aturan
tertentu, serta agama dan mampu berfikir secara radikal, sistematis, dan
berfikir jauh serta sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
permasalahan.
Orang
yang pertama kali berfilsafat dimulai pada masa Yunani Kuno. Sejarah filsafat
pada masa Yunani Kuno ini dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang
mendalam, tentang realitas atau alam sebagai tempat berpijak manusia ini.
Kesadaran akan pemikiran ini dilakukan dengan perenungan oleh orang-orang yang
dianggap bijak, renungan tersebut akhirnya terumus dalam proposisi-proposisi
yang sistematis dan bijak.
Dari
sinilah sejarah filsafat mulai muncul, yaitu dengan munculnya seorang filsuf
pertama yang bernama Thales, yang lahir pada tahun 624 SM, di Miletus Asia
Kecil. Pada tahun itu Miletus merupakan kota penting yaitu sebagai jalur
perdagangan antara Yunani, Italia, Mesir, dan Asia. Sehingga karena sebagai
kota transit inilah terjadi pertemuan antar Negara-negara tersebut dan terjadi pertukaran
latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Dan karena itulah sehingga kota
Miletus juga dikenal sebagai pusat intelektualitas.
Thales
disebut sebagai “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula
berfilsafat. Gelar tersebut diberikan karena dia yang pertama kali berfilsafat
tentang apa sebenarnya bahan dasar bumi ini. Dan dia pun menjawab bahan dasar
bumi ini adalah air. sehingga Thales adalah filsuf pertama yang memikirkan
tentang pertama kali terjadinya alam semesta. Ada beberapa Pemikiran dari
tahales, diantaranya adalah :
1. Air
sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Thales tidak meninggalkan bukti-bukti
tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan
melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa
Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya
alam semesta. Karena itulah Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
(natural philosophy).
2. Thales
menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi
pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri dan tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya,
air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi
Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk
hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air
untuk hidup. Karena air adalah sumber kehidupan, dan tanpa air makhluk hidup
pasti akan mati. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk
(padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Thales
juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak diatas air. Bumi dipandang
sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya. Menurut Thales bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, kabut
memberi kehidupan bagi segala sesuatu bahkan panas itu sendiri berasal dari
kelembaban. Segala macam benih memiliki kodrat kelembapan. Air merupakan asal
dari hakekat benda-benda yang lembab. Air merupakan objek komando di kalagan
dewa-dewi. Benda-benda mempunyai banyak bentuk yang memiliki unsur dasar dan
primer yang satu.
a.
Pandangan Tentang Jiwa
Thales
berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya
terdapat di dalam hidup, tetapi juga benda mati. Teori tentang materi
berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet
yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
b.
Theorema Thales
Di
dalam geometri, Thales dikenal dengan theoremanya, yang disebut Theorema
Thales. Ada lima Theorema Thales, yaitu :
1. Lingkaran
dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter.
2. Besarnya
sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar.
3. Sudut-sudut
vertical yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis
lurus menyilang, sama besarnya.
4. Apabila
sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut
yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu
dikatakan sama sebangun.
5. Segitiga
dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak
kapal.
c. Pandangan
Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah
memberikan nasehat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan
dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan
orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di
kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam system
tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari
keseluruhan system pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi
sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.
Herodotus mencatat bahwa Thales memprediksi gerhana
matahari dari 585 SM, dan ini merupakan sebuah awal kemajuan penting bagi ilmu
pengetahuan Yunani. Aristoteles melaporkan bahwa Thales menggunakan
keterampilan dengan mengenali pola cuaca untuk memprediksi bahwa tanaman zaitun
musim depan akan berlimpah. Dia pun membeli semua zaitun baik di kota maupun
daerah, dan itu semua menjadi keberuntungan ketika prediksi menjadi kenyataan.
Plato menceritakan sebuah kisah Thales menatap
langit malam, tidak menonton di mana ia berjalan, dan begitu jatuh ke selokan.
Gadis pelayan yang datang untuk membantu dia kemudian berkata kepadanya
“Bagaimana Anda berharap untuk memahami apa yang terjadi di langit jika anda
bahkan tidak melihat apa yang di kaki anda?” Menurut pendapat saya,
janganlah kita berangan-angan terlalu jauh, jika kita tidak bisa melihat,
mensyukuri, dan memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang ada di dalam diri kita
sendiri, maupun yang ada di lingkungan sekitar kita.
Kutipan-kutipan
dikaitkan dengan Thales :
“Sejumlah
kata-kata ada bukti dari pikiran yang bijaksana.”
“Harapan
adalah roti orang miskin.”
“Masa
lalu yang pasti, masa depan mengaburkan.”
“Tidak
ada yang lebih aktif dari pada pikiran, untuk itu perjalanan melalui alam
semesta, dan tidak ada yang lebih kuat dari keharusan untuk semua harus tunduk
kepada itu.”
“Kenalilah
dirimu sendiri”.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar