ADA APA DENGAN PEMILU INDONESIA
Pemilihan Umum atau biasa disebut Pemilu adalah merupakan sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat, di mana rakyat dapat memilih pemimpin politik
secara langsung. Pemilu
merupakan salah satu dari tolak ukur keberhasilan sistem demokrasi di suatu
Negara. Pemilu yang dapat terlaksana dengan baik, berarti demokrasi dalam
Negara tersebut pun baik. Pemilu merupakan kehendak mutlak bangsa Indonesia
yang menetapkan dirinya sebagai Negara demokratis. Dalam konstitusi Negara
Indonesia sendiri menyebutkan pemilu merupakan manivestasi kedaulatan rakyat.
Pemilu yang diadakan setiap 5 tahun sekali ini sangat ditunggu-tunggu oleh
berbagai pihak baik rakyat maupun pejabat tinggi yang akan maupun sudah
menduduki jabatan di pemerintahan.
Impian utama dari rakyat dengan pelaksanaan
pemilu yaitu terjadinya suatu perubahan di segala bidang menjadi ke arakah yang
lebih baik. Dalam pemilu para petinggi negara akan berusaha menyonsong dirinya
ataupun memepertahankan kedudukannya sebagai wakil yang di pilih rakya.
Berdasarkan fakta lapangan, pemilu juga merupakan kesempatan untuk partai
politik mengusung nama-nama calon yang di anggap mampu mengusung nama partai
untuk duudk di kursi yang tepat. Kedaulatan rakyat yang tercermin dalam pemilu
itu sendiri seperti memilih para wakil rakyat yang akan menduduki lembaga
perwakilan rakyat baik tingkat pusat maupun daerah, atau memperpanjang jabatan
dari para wakil rakyat. Menurut pengalaman yang sudah-sudah, biasanya
calon-calon yang diusung untuk mencalonkan diri akan melakukan kampanye.
Kampanye merupakan ‘pemasaran’ visi dan misi para calon dengan berbagai cara.
Yang sering terjadi pada masyarakat, kampanye oleh para calon di warnai dengan
pemasangan iklan, umbul-umbul wajah beserta keterangan partai di sepanjang
jalan, pembagian stiker, kaos, kerudung peci, bahkan sampai bahan-bahan sembako
kepada seluruh masyarakat yang dianggap memililiki hak suara. Pembagian barang- barang tersebut pada biasanya di
bagikan oleh tangan kanan para calon atau ada yang langsung dibagikan oleh calon yang
bersangkutan.
Dalam proses pembagian rakyat dijanjikan kesejateraan, kemakmuran, dan perekonomia pro-rakyat yang tercantum pada visi dan misi para calon. Berbicara visi dan misi para calon dalam kampanye ke masyarakat luas sangat tidak efektif, apalagi dalam pelaksanaan kampanye itu sendiri yang lebih di tonjolkan oleh para calon bukan visi dan misi nya, akan tetapi lebih menonjolkan ‘penyogokan’ dengan menggunakan barang-barang seperti yang disebutkan diatas. Begitu juga dengan masyarakat, secara dominasi masyarakat yang dating dalam acara kampanye tersebut tidak mengedapankan pengetahuan tentang apa visi dan misi dari calon-calon yang sedang berkampanye, akan tetapi fokus terhadap barang apa yang akan di berikan oleh para calon kepada mereka.
Dalam proses pembagian rakyat dijanjikan kesejateraan, kemakmuran, dan perekonomia pro-rakyat yang tercantum pada visi dan misi para calon. Berbicara visi dan misi para calon dalam kampanye ke masyarakat luas sangat tidak efektif, apalagi dalam pelaksanaan kampanye itu sendiri yang lebih di tonjolkan oleh para calon bukan visi dan misi nya, akan tetapi lebih menonjolkan ‘penyogokan’ dengan menggunakan barang-barang seperti yang disebutkan diatas. Begitu juga dengan masyarakat, secara dominasi masyarakat yang dating dalam acara kampanye tersebut tidak mengedapankan pengetahuan tentang apa visi dan misi dari calon-calon yang sedang berkampanye, akan tetapi fokus terhadap barang apa yang akan di berikan oleh para calon kepada mereka.
Secara lintas, memang hal ini tidak berpengaruh
pada berjalannya kampanye, akan tetapi hal seperti ini akan berpengaruh pada
proses pemilu maupun hasil dari pemilu itu sendiri. Dari bebrapa kasus yang
ada, banyak sekali masyarakat yang tidak mengetahui visi dan misi para calon,
atau bahkan diperparah dengan ketidaktahuan masyarakat dengan nama para calon
yang akan mewakili rakyat dikursi pemerintahan. Dari hal inipun, dapat di
simpulkan bahwa pelaksanaan pemilu yang seperti ini tdak efisien. Banyak sekali
permasalahan dari proses kampanye yang berpengaruh pada hasil pemilu, jika di
perhatikan secara seksama dari proses kampanye yang salah ini, awalnya akan
timbul rasa’ masa bodoh’ terhadap sistem pemrintahan dan ketidak mau tahuan
masyarakat tentang apa saja dan siapa saja yang akan menduduki kursi
pemerintahan. Padahal, penentuan siapa dan apa visi dan misi indovidu yang akan
duduk di kursi pemerintahan merupakan faktor besar yang akan menentukan
kesejahteraan rakyat kedepannya. Akan tetapi, jika kondisi ini tidak berusaha
untuk di perbaiki secara perlahan, maka sisitem pemrintahan di Indonesia aan
tetap sepert ini, tetap tertarik dengan kampanye tetapi tidak tertarik kepada
siapa yang kampanye. Tertarik pada ‘serangan’ berupa apa yang akan di berikan
pada saat kampanye bukan pada apa visi misi
yang akan di berikan serta kontribusi yang bagaimana yang akan di bangun
oleh para calon.
Kebanyakan dari kita berada pada dua pilihan
yaitu memilih ikut pemilu dalam ketidak tahuan atau tidak ikut memilih karena
memelihara ketidak tahuan. Mari berfikir dan menyadari bahwa politik itu milik
seluruh rakyat, mari sadar jika keberhasilan politik merupakan cikal bakal
kesejahteraan rakyat, dan mari berhenti saling menyalahkan atas kekurangan
orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan pada pemilih yang memilih atas
dasar barang apa yang di brikan calon saat kampanye. Sudah bukan saatnya lagi
untuk saling menyalahkan, tapi sekarang saatnya untuk merubah sedikit demi
sedikit cara berfikir tentang pemilu di Negara kita tercinta ini. Masih ada
pemilu- pemilu yang akan dating, yang bisa di gunakan sebagai ajang penerapan
gerakan perubahan cara pandang tenatng pemilu di Indonesia. Mari berfikir
jernih saudara-saudara ku, untuk Indonesia yang lebih baik..
Sumber : http://www.kompasiana.com/novidamai/opini-pemilihan-umum-di-indonesia_54f78befa33311377a8b4646
Sumber : http://www.kompasiana.com/novidamai/opini-pemilihan-umum-di-indonesia_54f78befa33311377a8b4646
Tidak ada komentar:
Posting Komentar