BELAJAR
DARI ‘MASYARAKAT’ SEMUT UNTUK MASYARAKAT MADANI
Semut
? siapa yang tidak kenal dengan semut serta karakter nya? Semut adalah jenis
serangga kecil yang dikenal dengan kehebatan kerjasama antar sesame semut dalam
segala hal, mulai dari mencari makan sampai ke keamanan kerajaan semut. Semut
yang dianggap hewan yang mengganggu keberadaan manusia juga memiliki nilai yang
tidak kalah perlu diteladani dalam memenuhi kehidupannya. Karakter keseharian
semut yang ditunjukkan perlu kita ambil sari positifnya untuk melangkah dalam
dunia nyata dan keseharian kita dalam bermasyarakat dan berbangsa.
Seperti
yang dikisahkan dalam Surah An-naml, 27 : 15-19 :
“Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya
mengucapkan, segala puji bagi Allah yang melebihkan kami atas kebanyakan
hamba-Nya yang beriman”. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata,
‘Hai manusia kami telah diberi pengertian tentang ucapan burung dan kamiberi
segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar satu karunia yang nyata’.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu
mereka di atur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di
lembah semut, berkatalah seekor semut, “Hai semut-semut, masuklah kedalam
sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkanmereka tidak menyadari.” Maka dia tersenyum dengan tertawa karena
(mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a, Ya Tuhanku, berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkaku anugerahkan kepadaku dan
kepada dua orang Ibu-bapakku, dan untuk mengerjakan ammal saleh yang Engkau
ridhai. Dan masukkanlahakau dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu
yang saleh”. Berdasarkan kisah di atas dalam Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Hal
223-224) dijelaskan :
Penelitian
para peneliti tentang kehidupan semut menunjukkan bahwa ia mempunyai keajaiban
dalam kehidupan dan pengaturan segala urusannya. Ia menjadikan perkampungan di
dalam tanah dan membangun rumah-rumahnya terdiri atas, atap, ruang tengah dan
kamar-kamar yang bbertingkat-tingkat. Ia memnuhi ruangannya dengan bii-bijian ,
sebagai makanan pokok dimusim dingin dan menyembunyikannya di tempat tinggal
yang berkelok kE atas untuk menghindarkannya dari air hujan.
Ayat
ini menggugah akal untuk memperhatikan kerapian dan pengaturan serta
kepemimpinan yang baik yang di anugerahkan Allah kepada semut. Semut yang
menyeru dan mengumpukan kawan-kawanya menunjukkan bagaimana ia memimpin dan
mengatur urusannya, ia telah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para
raja, mengatur dan memimpin rakyatnya.
Al-Kitab
menceritakan hal itu, tidak lain agar menjadi tamsil ibarat bagi orang yang
berakal, sehingga mereka memahami kedaan makhluk ini, bagiamana semut
mangumpulkan kawan-kawanya untuk lari karena takut binasa, sebagaimana
mengumpulkan mereka untuk mencari kebutuhannya, dan bahwa suatu umat yang dalam
mengatur urusannya tidak sampai kepada seperti apa yng dilakukan oleh binatang,
ini benar-benar suatu umat yang bodoh dan sesat dalam lembah kesesatan,
kedaanya lebih hina disbanding binatang serangga dan kutu rayap.
Menganalisis
karak ter masyarakat madani, di jelaskan bahwa “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran [3]: 110)”.
Masyarakat
madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari
masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani
sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which
takes place outside of government and the market.” Merujuk pada Bahmueller
(1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya
individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat
melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya
kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat
dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya
program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program
pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya
kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap
keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya
kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya
kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya
pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai
ragam perspektif.
Dari
beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan
kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang
dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara
maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerinthana demokratis yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung
nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Banyak
karakter positif semut dan hebatnya karakter semut yang seakan sudah menjadi
filosofi hidup para semut, dapat dijadikan pedoman untuk bermasyarakat. Memang
filosofi itu sangat sederhana, namun jika kita dapat menerapkannya, akan kita
dapatkan banyak pelajaran.
Beberapa
karakter positif semut yang dapat kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
antara lain :
1. Semut
selalu bekerjasama.
Coba Anda perhatikan cara kerja semut, mulai dari
mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir
nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka.
Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan
makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula bersama-sama. Kerjasama
dan kekompakan para semut bisa Anda jadikan teladan. Misalnya, saat tetangga
kita mengalami kesulitan, maka kewajiban kitalah untuk membantu. Dan hasilnya
bukan untuk kepentingan pribadi namun demi kepentingan kelompok atau bersama.
2. Semut
saling peduli.
Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin
dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa
bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka merasa bahwa
tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam bermasyarakat, sentuhan yang
berarti ‘care’ memberi arti tersendiri bagi orang disekita kita . Bayangkan,
apa jadinya jika di masyarakat Anda, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa
bukan..? Maka sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan
menumbuhkan iklim bermasayarakat yang kondusif.
3. Semut
tidak pernah menyerah.
Bila Anda menghalang-halangi dan berusaha
menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka
akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus
mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Maka dalam
bermasyarakat ketika kita dihadapkan pada berbagai permasalahan sangat di
anjurkan menyelesaikan masalah tersebut secara bersama, dengan berbagai macam
cara, dimana prinsip musyawarah (tabayun) duduk bersama untuk menyelesaikan
masalah sangat di anjurkan dalam islam .Jangan sekali-kali menyerah untuk
membuat keputusan secara sepihak yang nantinya akan sanggat mengganggu dalam
pencapaian kehidupan bermasyarakat yang selaras dan seimbang.
4. Semut
menganggap semua musim panas sebagai musim dingin.
Ini adalah cara pandang yang penting. Kita tidak
boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung
sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di
pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap
realitis. Di musim panas Anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda
seharusnya memikirkan badai sewaktu Anda menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah
ke depan, seperti halnya ’sedia payung sebelum hujan’.
Kondisi
emut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas. Ini juga penting.
Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, “Musim dingin takkan
berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika
hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca
kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama
musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat
menunggu untuk keluar dari sarang mereka.
Dengan
bahasa lain, filosofi semut dapat kita teladani dalam kehidupan bermasyarakat,
menjaga kerjasama, kekompakan, saling peduli, kerja keras, pantang menyerah,
dan optimis memandang masa depan. Perujukan masyarakat Madinah sebagai kerangka
acuan dalam membangun tatanan masyarakat Muslim modern merupakan keharusan.
Dengan alasan, masyarakat Madinah adalah umat yang terbaik dalam pandangan
Allah. Friman-Nya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah,” (QS Ali Imran [3]: 110).
Menurut
Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat
yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang
dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah
(al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum
Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf
sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2:
185).
Perujukan
terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada
peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf
nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata
yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125.
Dalam
rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada
siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya. Masyarakat
madani dapat didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang mengamalkan budaya
hidup murni berteraskan keadilan, keihsanan dan kebenaran dalam semua aspek
kehidupan seperti sosio-budaya, ekonomi dan politik. Ia adalah masyarakat
yang menghormati hak-hak asasi manusia dan amalan demokrasi yang berpaksikan
kehidupan beragama, berakhlak dan keutamaan menunaikan tanggung jawab individu
dan masyarakat bagi memelihara serta mempertahankan kesejahteraan dan keamanan
berlandaskan undang-undang. Masyarakat madani juga sebuah masyarakat yang
memberi keutamaan kepada keperluan asas, dinamika budaya, kecerdasan dan
perkembangan ekonomi, menjaga persekitaran dan mewujudkan pembabitan aktif di
kalangan rakyat daripada pelbagai sudut. Ia juga sebuah masyarakat yang
menyanjung tinggi perkembangan serta penghayatan ilmu, pembentukan peribadi
mulia, kaya dengan daya cipta yang kreatif dan
inovatif.
Model
bagi masyarakat madani daripada perspektif Islam meletakkan kedaulatan rakyat
terbanyak sewajarnya dihormati tetapi tidak bertentangan dengan kedaulatan suci
dan murni dari pada Allah swt. Ia
menekankan kepada hak asasi berteraskan martabat kemanusiaan, bentuk kerajaan
yang berteraskan keadilan dan membenarkan kritikan daripada pelbagai lapisan
rakyat. Bentuk persaingan yang sihat digalakkan dan mengutamakan
pendekatan damai berbanding permusuhan dan peperangan. Menurut Anwar
(1997), masyarakat madani menjadi penting berikutan proses transformasi dalaman
selepas berdekad menghadapi penjajahan kuasa Barat. Dengan itu, peribadi
Asia yang bakal muncul hasil pertembungan dengan budaya Barat akan
mempertahankan pandangan hidup, peradaban dan prinsip akhlaknya.
“Salah satu tanda transformasi tersebut adalah perdebatan yang rancak
tentang demokrasi dan masyarakat madani. Telah timbul kesedaran bahawa
tidak memadai Asia muncul sebagai naga ekonomi, ia juga perlu bergerak untuk
membina kekuatan moral dalam pembentukan desa sejagat. Perdebatan ini
berlaku di kalangan generasi baru, cendekiawan, aktivis masyarakat, seniman dan
ahli politik yang memiliki keyakinan diri dan mendukung kesejagatan nilai
demokrasi. Meskipun perkara ini sering dihubungkan dengan Barat tetapi
bagi Asia perbahasan ini sebenarnya berakar umbi pada tradisi dan budayanya
yang kaya.”.
Sumber
:
Coyne,
Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher,
USA.
Pelczar,
Michael J. 1999. Microbiology. McGRAW-HILL INTERNATIONAL EDITIONS, USA.
Waluyo,
Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar