FILOSOFI SECANGKIR TEH
Teh adalah
minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh
daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh merupakan Nama latin dari TEH adalah
Camelia Sinensis (keluarga Camelia). Pada umumnya, tanaman teh tumbuh di daerah
tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu
cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9
meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter
tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia
terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.
Untuk
mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga
pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih
dari 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik
pucuk-pucuk daun muda yang baik. Teh merupakan hasil pengolahan pucuk (daun
muda) dari tanaman teh yang dipakai sebagai bahan minuman.
Ada
berbagai legenda asal mula teh, namun yang terpopuler adalah legenda Kaisar
Shen Nung dari provinsi Yunan-Cina pada tahun 2737 SM. Ketika sedang memasak
air minumannya, dengan tidak sengaja sehelai daun yang berasal dari ranting
kering yang dipakainya sebagai kayu bakar, terbang dan tercelup ke dalam ketel
air. Air seduhan daun tersebut kemudian menghasilkan sebuah minuman baru yang
beraroma khas yang hingga kini dikenal sebagai teh.
Teh
merupakan salah satu minuman orang Indonesia yang biasa dinikmati dengan hangat
pada pagi hari atau di cuaca dingin. Banyak dari kita yang menjadi pecinta teh,
akan tetapi mungkin masih belum banyak yang tau filosofi dari teh itu sendiri .
Dalam secangkir teh, terkandung sejumlah filosofi yang sering luput dari
perhatian penikmatnya; teh menisyaratkan kemurnian, alami, dan sebuah konsep
hidup yang sangat jauh dari kamuflase. Rasa manis dan sedikit pahit dalam teh
menggambarkan prototehnik hidup, ketika
jiwa yang tak lagi suci terlempar dari singgasana surgawi menuju area
perjuangan, menggambarkan kehidupan yang terkadang manis seperti yang
diharapkan dan terkadang buruk seperti yang tidak diharapkan. Teh yang cocok
dinikmati dalam keadaan hangat mengambarkan sebuah cara dalam menikmati
perjuangan hidup tidak panas, tidak pula dingin tergantung kepada apa
yang menjadi pilihan, menisyaratkan keseimbangan dan mencoba menikmati proses
hidup. Miuman yang biasa di sajikan di cangkir atau gelas pendek mmerupakan
miniatur deskripsi sebuah prototeknik hidup sebuah miniatur hidup yang mampu
membawa kita untuk sekedar mengintip kolong langit, dengan segudang racikan
konsep nyata.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar