Senin, 26 Desember 2016

FILOSOFI SECANGKIR TEH

FILOSOFI SECANGKIR TEH


Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan Nama latin dari TEH adalah Camelia Sinensis (keluarga Camelia). Pada umumnya, tanaman teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.
Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 meter. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun muda yang baik. Teh merupakan hasil pengolahan pucuk (daun muda) dari tanaman teh yang dipakai sebagai bahan minuman.
Ada berbagai legenda asal mula teh, namun yang terpopuler adalah legenda Kaisar Shen Nung dari provinsi Yunan-Cina pada tahun 2737 SM. Ketika sedang memasak air minumannya, dengan tidak sengaja sehelai daun yang berasal dari ranting kering yang dipakainya sebagai kayu bakar, terbang dan tercelup ke dalam ketel air. Air seduhan daun tersebut kemudian menghasilkan sebuah minuman baru yang beraroma khas yang hingga kini dikenal sebagai teh.
Teh merupakan salah satu minuman orang Indonesia yang biasa dinikmati dengan hangat pada pagi hari atau di cuaca dingin. Banyak dari kita yang menjadi pecinta teh, akan tetapi mungkin masih belum banyak yang tau filosofi dari teh itu sendiri . Dalam secangkir teh, terkandung sejumlah filosofi yang sering luput dari perhatian penikmatnya; teh menisyaratkan kemurnian, alami, dan sebuah konsep hidup yang sangat jauh dari kamuflase. Rasa manis dan sedikit pahit dalam teh menggambarkan  prototehnik hidup, ketika jiwa yang tak lagi suci terlempar dari singgasana surgawi menuju area perjuangan, menggambarkan kehidupan yang terkadang manis seperti yang diharapkan dan terkadang buruk seperti yang tidak diharapkan. Teh yang cocok dinikmati dalam keadaan hangat mengambarkan sebuah cara dalam menikmati  perjuangan hidup tidak panas, tidak pula dingin tergantung kepada apa yang menjadi pilihan, menisyaratkan keseimbangan dan mencoba menikmati proses hidup. Miuman yang biasa di sajikan di cangkir atau gelas pendek mmerupakan miniatur deskripsi sebuah prototeknik hidup sebuah miniatur hidup yang mampu membawa kita untuk sekedar mengintip kolong langit, dengan segudang racikan konsep nyata.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar