Rabu, 28 Desember 2016

FILOSOFI BUNGA TERATAI


FILOSOFI BUNGA TERATAI


Teratai diyakini berasal dari Sungai Nil di Mesir, kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia. Sepanjang peradaban manusia bunga ini telah menjadi simbolisasi bagi berbagai agama dan kepercayaan. berikut ini beberapa pelajaran yang dapat diambil dari bunga Teratai. Bentuk dasar kelopak bunga teratai telah dipergunakan secara meluas di masayarakat kita, mulai dari bentuk dasar institusi pendidikan, keagamaan, organisasi sosial & kemasyarakatan. Denah Borobudur pun bila diamati dengan seksama memiliki bentuk dasar bunga teratai, sampai kepada bentuk dasar stempel kerajaan dan kesultanan masa lalupun memiliki bentuk dasar yang sama, hingga menyentuh khasanah seni kaligrafi dan senibina bangunan dalam Islam. berikut ini beberapa pelajaran yang dapat diambil dari bunga Teratai.
Teratai menyimbolkan perbuatan mulia di lingkungan penuh kekotoran. Habitat teratai menggambarkan tempat yang sama sekali tidak nyaman, kotor, menjijikkan, hina dan sebagainya. Tak jarang orang menganggap bunga teratai sebagai bunga yang tidak berharga dan kotor, yang tidak pantas untuk diraih karena demikian kotornya tempat ia hidup. Bertolak belakang dengan habitat-nya, bunga teratai tampil dengan keanggunan bunganya yang sangat menawan bagi yang melihatnya. Dia hidup penuh keindahan dan kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun “kotor” dan “hina”nya tempat dia hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan menambah keindahan pula bagi lingkungan di sekitarnya.
Teratai adalah bunga yang hidup di tiga alam sekaligus, akarnya menghunjam ke lumpur di dasar kolam, batangnya tumbuh di dalam air dan daun dan bunganya menyembul di permukaan air. Selama ia masih hidup teratai tidak akan tenggelam kedalam kolam ataupun kubangan tempatnya hidup. Bunga teratai dipilih sebagai simbol yang tepat menggambarkan kesucian dan keagungan Tuhan karena Helai daun bunganya berjumlah delapan sesuai dengan jumlah manifestasi Tuhan di arah delapan penjuru mata angin. Kuncupnya mengandung arti yaitu kekuatan yang membumbung tinggi ke atas. Bila air pasang, maka teratai ikut naik, bila air surut, maka akan ikut turun. Makna yang terkandung adalah apapun suasana dan keadaan manusia hendaklah segala sesuatunya selalu disandarkan pada Tuhan. Karena segala sesuatu yang terjadi pada manusia adalah karena Kodrat dan Iradat Tuhan.
Daun pohon teratai pun tumbuh ke arah atas hingga mengambang di atas air dan tidak basah oleh air walaupun itu air kotor sekalipun. Mengandung arti bahwa setelah manusia itu hidup serba kecukupan baik itu ilmu dan harta seyogyanya tidak sombong dan selalu zuhud dengan dunia. Susunan dan kombinasi antara daun dan bunganya pun sangat serasi dengan lingkungan dimana teratai tersebut hidup. Mengandung arti bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk melengkapi kehidupan. Laksanakan orang ibadah shalat “untuk merapatkan barisan (shaf), agar tidak diisi syetan”. Agar manusia dalam menjalani hidup tidak ada jarak antara satu dan yang lain, sehingga nafsu iri, dengki tidak masuk dalam kehidupan manusia.
Waktu mekarnya teratai sangat singkat, mengingatkan kita bahwa Manusia hidup didunia ini hanya sebentar. Laksana Turun hanya untuk minum. Walaupun sebentar, manusia diharapkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Teratai merupakan bunga yang tak pernah "mati" saat kemarau melingkupi bumi, dia tetap hidup dalam umbinya, terpuruk dalam tanah kering kerontang. Tetapi begitu hujan datang, kuncup bunga akan segera mekar di tengah hijau dedaunan. Konon Hyang Narayana, Wishnu, Lakshmi, Ganeshya, Brahma dan Saraswati selalu digambarkan duduk di atas bunga teratai raksasa. Makna bunga ini sangatlah tinggi. Teratai hanya dapat tumbuh di lumpur dan air, namun setelah bunganya mekar, maka sulit sekali bahkan untuk benda sebersih apapun untuk melekat di kelopak bunganya karena sangat berminyak.
Bunga teratai sering digunakan sebagai simbol ketidakterikatan. Bagaikan daun bunga teratai yang berada di atas air dan tidak dibasahi oleh air, begitu pula ia yang bekerja tanpa keterikatan dan menganggapnya sebagai persembahan, hidup tanpa noda dan tidak tercemari oleh dunia ini. Ia yang bijak melepaskan segala macam keterikatan dan bekerja dengan raga, pikiran, intelek serta panca inderanya, hanya untuk membersihkan dirinya.  Ia yang bijak tidak mengharapkan sesuatu dari pekerjaannya, demikian ia memperoleh ketenangan jiwa. Sebaliknya ia yang tidak bijak selalu mengharapkan hasil akhir dari apa yang ia lakukan, sehingga tetap saja terikat. Keterikatan membuat manusia takut menghadapi perubahan. Keterikatan membuat manusia ingin mempertahankan sesuatu yang pada dasarnya tidak abadi.
Keterikatan menimbulkan keinginan untuk memiliki dan mempertahankan sesuatu, keadaan maupun orang. Keinginan itu tidak selaras dengan alam. Alam tidak memiliki keinginan untuk mempertahankan sesuatu. Alam membiarkan terjadinya perubahan, bahkan malah memfasilitasinya, mendukungnya. Kita terikat dengan harta benda yang terkumpul selama hidup, maka kematian menjadi sulit. Sementara itu, alam tidak pernah  sedih karena pergantian musim. Alam tidak pernah menolak perubahan yang terjadi setiap saat. Kenapa kita terikat pada sesuatu? Karena kita melihat sesuatu itu di luar diri kita, dan timbul keinginan untuk memilikinya. Pernahkah kita merasa terikat dengan ginjal, hati, dan jeroan kita? Kita tidak terikat, karena kita tahu semua itu ada dalam diri kita. Kita bahkan tidak pernah memikirkan mereka. Tidak pernah peduli tentang jantung dan paru, hingga pada suatu ketika kita jatuh sakit…. dan baru mengaduh-aduh. Karena saat itu kita “merasa kehilangan” kesehatan.
Keterikatan pada harta-kekayaan, pada kedudukan, pada keluarga semuanya harus dikikis sedikit demi sedikit. Tidak berarti kita menjadi asosial; tidak berarti kita meningkatkan keluarga. Tidak demikian. Yang penting adalah meninggalkan rasa kepemilikan. Yang penting ialah meninggalkan keterikatan. Dan untuk melepaskan keterikatan-keterikatan semacam itu, cara yang paling gampang adalah meningat kematian. Menyadari bahwasannya hidup ini bersifat fana, seperti halnya masa hidup teratai yang teramat singkat. Keterikatan adalah ketergantungan dan kepercayaan kita pada pujian, pada imbalan, pada penghargaan dan pengakuan. Selama kita masih mengejar semuanya itu, kita masih terikat. 
Berkaryalah, tapi janganlah terikat pada hasilnya. Layanilah keluarga dan cintailah mereka, tapi tanpa keterikatan. Keterikatan bukan cinta. Para leluhur kita mempunyai pitutur luhur, nasehat yang mulia agar kita melakukan “Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe”. Agar semua energi kita terfokus pada pekerjaan dan tidak terfokus pada hasil sehingga energi untuk bekerja kurang maksimal. Pendekatan para leluhur lebih mendekati “Management by Process”. Dalam hal spiritual, dapat dimaknai agar kita tidak terikat pada tujuan keduniawian atau tujuan atau pamrih apa pun. Dasarnya adalah bekerja sebagai persembahan pada kehidupan semata. 
Hanya seorang Master yang menguasai kehidupan. Seorang Master ibarat bunga teratai yang memberikan kebahagiaan kepada sekelilingnya. Kaki dia masih terikat pada lumpur keduniawian, tetapi dia tidak terikat dengan lumpur tersebut, dia muncul ke permukaan memberikan kebahagiaan. Melepaskan keterikatan berarti melepaskan rasa kepemilikan. Tuhan adalah Pemilik tunggal semuanya ini. Anda ada atau tidak, dunia ini akan tetap ada.

Sumber :



FILOSOFI CUBLAK CUBLAK SUENG

FILOSOFI CUBLAK CUBLAK SUENG

Cublak-cublak suweng,
Suwenge teng gelenter,
Mambu ketundhung gudel,
Pak empo lera-lere,
Sopo ngguyu ndhelikake,
Sir-sir pong dele kopong,
Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.
Lagu dolanan anak-anak di Jawa, karya Sunan Giri (1442M) ini berisi syair ‘sanepo’ (simbol) yang sarat makna, tentang nilai-nilai keutamaan hidup manusia.Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. 
Berikut ini Makna lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng yang menakjubkan :
1.      Cublak-cublak suweng,
Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
2.      Suwenge teng gelenter,
Suwenge Teng Gelenter, artinya suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
3.      Mambu ketundhung gudel,
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
4.      Pak empo lera-lere,
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
5.      Sopo ngguyu ndhelikake,
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yg menyembunyikan). Menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
6.      Sir-sir pong dele kopong,
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada menemu Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari atribut kemelekatan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, tersenyum sumeleh,rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya atau hati nuraninya.
Secara garis besar makna filosofi dari lagu dan permainan ini bisa ditafsirkan sebagai lagu yang menggambarkan bahwa untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dsb. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat.

Sumber:



FILOSOFI PERMAINAN CONGKLAK

FILOSOFI PERMAINAN CONGKLAK

Ada sebuah filosofi sederhana namun sarat makna dari permainan congklak ini. Masih ingat berapa jumlah lubang kecil di masing-masing sisi? Ada 7 lubang dan masing-masing berisi 7 biji. 7 adalah jumlah hari dalam satu minggu. Jumlah biji yang ada pada lubang kecilpun sama. Artinya, tiap orang mempunyai jatah waktu yang sama dalam seminggu, yaitu 7 hari. Ketika biji diambil dari satu lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang induknya. Pelajaran dari fase ini adalah, tiap hari yang kita jalani, akan mempengaruhi hari-hari kita selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita.
Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi sangat bermakna pula bagi orang lain. Biji diambil, kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa hidup itu harus memberi dan menerima. Tidak bisa mengambil terus, kalau tidak memberi.
Biji diambil satu persatu, tidak boleh semua sekaligus. Maksudnya, kita harus jujur untuk mengisi lubang kita. Kita harus jujur mengisi hidup kita. Satu persatu, sedikit demi sedikit, asalkan jujur dan baik, lebih baik daripada banyak namun tidak jujur. Satu persatu biji yang diisi juga bermakna bahwa kita harus menabung tiap hari untuk hari-hari berikutnya. Kita juga harus mempunyai “simpanan/tabungan”, yaitu biji yang berada di lubang induk.
Strategi diperlukan dalam permainan ini agar biji kita tidak habis diambil lawan. Hikmahnya adalah, hidup ini adalah persaingan, namun bukan berarti kita harus bermusuhan. Karena tiap orang juga punya kepentingan dan tujuan yang (mungkin) sama dengan tujuan kita, maka kita harus cerdik dan strategis.
Pemenang adalah yang jumlah bijinya di lubang induk paling banyak, maksudnya adalah mereka yang menjadi pemenang/ mereka yang sukses adalah mereka yang paling banyak amal kebaikannya. Mereka yang banyak tabungan kebaikannya, mereka yang menabung lebih banyak, dan mereka yang tahu strategi untuk mengumpulkan rezeki.

Nah, ternyata permainan sederhana ini punya makna yang tidak sederhana, bukan?


Sumber :



FILSAFAT HEGEL

FILSAFAT HEGEL

George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) adalah filsuf Jerman yang dikenal sebagai pendiri idealisme moderen. Pokok-pokok pemikirannya sangat beragam dan mempengaruhi banyak filsuf sesudahnya, mulai dari Karl Marx hingga mazhab Frankfurt dengan tokoh utama Theodor Adorno, Max Horkheimer dan Herbert Marcuse.
Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Filsafatnya banyak di inspirasikan oleh Imanuel Kant dengan filsafat ilmunya ( filsafat dualisme), Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme dan Rasionalisme, keduanya bagi Kant terlalu ekstrem dalam mengklaim sumber pengetahuan. “Revolusi Kantian” kemudian berhasil menemukan jalan keluarnya.
Hegel yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian menemukan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Ketertarikan Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan bagian dunia, bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika. Pada garis besarnya sesuai dengan perkembangan Roh, maka sistem filsafat Hegel dapat dibagi kepada tiga pokok utama:
Pertama, tahap ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”, filsafat yang membicarakan Roh dalam posisi semacam ini disebut dengan logika. Logika yang memandang Roh yang memandang Roh dalam dirinya yang bebas dalam batas ruang dan waktu.
Kedua, tahap ketika Roh berada dalam keadaan “berbeda dengan dirinya sendiri”. Roh disini sudah diluar dirinya atau terasing dari dirinya Hegel menyebut sebagai pembahasan filsafat alam.
Ketiga, tahap dimana Roh kembali pada dirinya sendiri, ringkasnya Roh berada dalam keadaan “dalam dirinya dan bagi dirinya sendiri”, pembahasan ini disebut dengan filsafat Roh.
1.      Fenomenologi Roh
Sebelum membahas tahapan diatas, penting kita membahas sedikit karya termasyur Hegel yaitu Fenomenologi Roh. Dalam karyanya ini Hegel menjelaskan bagaimana kesadaran manusia itu berkembang dalam proses dari tahapan paling rendah ke tahapan yang paling tinggi.
a.      Kesadaran:
Kepastian indrawi, bahwa kesadaran pada taraf yang palih bawah adalah suatu pengindraan atas objek-objek khusus.
b.      Kesadaran diri: kesadaran diri yang paling rendah, yakni hasrat (sikap penguasaan atau pemuasan kepentingannya). Kesadaran yang libih tinggi adalah “ke-Kita-an” atau kesadaran sosial. Hegel menjelaskan bahwa ke-kita-an ini dapat dicapai melalui kontradiksi.
c.       Rasio: pada tahap ini, kontradiksi diatas dapat diatasi yang adalah sintesis antara kesadaran dan kesadaran diri, sehingga muncul kesadaran universalitas.
d.      Roh: kesadaran itu (universalitas) tak lain dari pada Roh itu sendiri yang sadar diri. Hegel menunjuk kesadaran moral yang tampil dalam aneka insitusi sosial merupakan bentuk sintesis yang kurang sempurna.
e.       Religius (agama): pada tahap ini sintesis itu betul-betul dicapai. Dalam tahapan ini Roh Absolut mengenal dirinya dalm beragama.
2.      Logika (logik)
Logika yang dimaksud Hegel bukanlah logika yang terpisah dari metafisika, tetapi sebuah metafisika. Disini Hegel memberikan alasannya, yaitu Yang Absolut itu pikiran Absolut, maka ilmu tentang berpikir haruslah ilmu tentang realitas atau Yang Absolut. Logika Hegel berusaha mempelajari kategori-kategori ini dalam arti menjelaskan hakikat-hakikat pikiran Absolut atau realitas yang terwujud dalam alam dan sejarah.
3.      Filasafat alam
Dalam filsafat alam mempelajari Yang Absolut telah mengasingkan diri dalam alam. Sehingga alam tidak lain dari pada alienasi diri. Alam adalah roh absolute yang belum sadar diri, maka tak ada kebebasan dalam alam.
Alam merupakan tahap dalam kehidupan Yang Absolut sendiri, yakni tahap eksternalitasnya. Disini Hegel mendapati maslah yang mendasar. Disatu pihak Hegel tidak setuju kalau Alam disamakan dengan Allah atau Yang Absolut, dan dipihak lain dari sudut idealistisnya alam objektif tak terlepas dari Yang Absolut. Disini cukup ditunjukan bahwa kesulitan Hegel ini bersumber dari pendirian idealistisnya bahwa yang rel itu rasional dan yang rasional adalah real. Artinya, Alam bagaimanapun adalah ideal, tidak material. Dan yang merupakan realitas yang sesungguhnya ada adalah yang ideal.
4.      Filsafat Roh
Dalam Filsafat Roh mempelajari bagaimana Yang Absolut mengenali dirinya kembali, menjadi sesuatu yang ada “pada dan bagi dirinya”. Filsafat Roh dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama disebut Roh Subjektif, dan dia juga membagi dalam tiga tahap. Tahap terendah adalah peralihan dari Alam ke Roh. Peralihan itu terjadi pada jiwa manusia sebagai subjek yang mengindrai. Tahap kedua adalah kesadaran diri. Tahap ketiga, membicarakan mengenai pikiran subjrektif.
Kedua, “Roh Objektif” yaitu Roh yang mengobjektifikasi diri dalam kehidupan sosial. Hegel membagi tiga tahap: pertama, Hegel berbicara mengenai “Hak” dalam kesadaran subjektif atau roh subjektif menyatakan dalam hal-hal material. Lalu tahap ini dilanjutkan dengan sebuah alienasi dari hak itu dalam kontrak. Didalam “kontrak” semua kesadaran dipersatukan. Kedua tahap diatas lalu disintesiskan pada tahap ketiga, yaitu moralitas. Moralitas bukanlah kesadaran akan kewajiban yang konkret, melainkan Hegel telah mengabstraksikan menjadi kehendak bebas yang sadar pada dirinya sendiri, dari keseluruhan kehidupan etis manusia yang bersifat subjektif dan objektif. Kesatuan antara subjektivitas dengan objektivitas, hegel menyebut “die Sttlichkeit” (kesusilaan).
Hegel menjelaskan bahwa kehidupan moral tampil dalam substansi etis: keluarga, masyarakat sipil dan Negara. Dalam Roh Objektif, filsafat Hak menjadi filsafat politik. Ketiga substansi etis itu menjadi sintesis antara subjektivitas dengan objektivitas yang sudah tercapai dalam moralitas. Serta ketiga substansi etis berkembang dalam tiga tahap institusional. Keluarga merupakan tahap terendah karena disitu anggota terikat dengan emosi. Tahap ini akan terancam hancur ketika anak-anak menjadi dewasa yang rasional, maka tahap berikutnya adalah masyarakat sipil yang tersusun dari individu-individu yang mencapai tujuan sendiri-sendiri. Tahap ini pula akan mengalami kehancuran karena masyarakat mengadakan institusional hukum. Dan tahap selanjutnya sebagai sintesis adalah Negara.
Sejarah adalah proses yang dilalui Roh untuk menyadari dirinya. Sehingga sejarah merupakan proses kemajuan kesadaran penuh dan kebebasan. Dalam sistem filsafat Roh dari Hegel, sejarah mempunyai tempat didalamnya. Didunia ini banyak terdapat Negara, maka diperlukan perjanjian untuk mengaturnya dan jika perjanjian itu dilanggar, maka akan terjadi perang. Hegel memberi nilai positif terhadap perang walaupun perang mengandung ketidakadilan dan penderitaan, namun menurut Hegel perang merupakan keniscayaan rasional.  Dan menurut Hegel, perang adalah keharusan rasional. Negara merupakan tahap dari yang disebut roh dunia, interaksi dan kontradiksi-kontradiksi diantara Negara menghasilkan perang. Hegel berpendapat perang disini justru akan mengerakan dialektika sejarah menuju Roh dunia.
Tahap ketiga dari filsafat Roh adalah Roh Absolut. Dari segi epistemologis, Roh Absolut adalah Roh pada taraf pengetahuan absolut yang dijelaskan Hegel Fenomenologi Roh. Tetapi dari segi metafisis, Dia adalah Yang Absolut sendiri. Jadi, bagi Hegel Yang Absolut adalah pengetahuan absolut. Karena pengetahuan didasari oleh manusia, bukan berarti manusia adalah Absolut, melainkan bahwa Yang Absolut itu menyadari dirinya sendiri sebagai Roh yang memikirkan dirinya melalui roh manusia. Individu memiliki kesadaran yang berbeda dari kesadaran diri individu yang lain. Kesadaran diri subjektif bukan Yang Absolut, melainkan berada dalam Yang Absolut. Selama individu hanya menyadari dirinya sendiri maka dia belum memiliki pengetahuan Absolut itu. Pengetahuan Absolut dapat dicapai melalui sejarah pemikiran menjadi sadar diri, akan tetapi sejarah dilalui banyak kontradiksi-kontradiksi. Ada konfik antar Negara yang diakhiri perang sebelum menuju ke Roh Dunia. Dalam Roh Dunia , Roh Absolut atau Pengetahuan Absolut terjadi antara subjektivitas dan objektivitas pada taraf yang luhur yaitu “Identitas Absolut” menurut Schelling.
Dalam pandangan Hegel, seluruh kenyataan merupakan suatu kejadian dan kejadian itu merupakan kejadian Roh. Dan Roh itu adalah “itu Dia yang Absolut atau Allah. Menurut Hegel, Roh sebagai realitas Absolut sesungguhnya merupakan suatu ide yang melewati alam. Sekadar untuk diketahui bahwa dalam memahami alam, Hegel berbeda dengan Spinoza. Spinoza memahami alam sebagai satu Substansi yang memiliki satu kesatuan, sedangkan Hegel memahami alam sebagai satu tahap dalam kejadian Roh Absolut. Oleh karena itu, Hegel mengajukan bahwa dalam Roh mutlak itu terdapat Roh subyektif, yaitu subyek yang memiliki kesadran terhadap dirinya sendiri. Apa yang disebut sebagai Roh subyektif ini mengalami suatu perubahan menjadi Roh obyektif yang menciptakan suatu gambaran tentang hukum, moral, dan lain sebagainya. Karena Roh ini mengalami perubahan, maka puncak dari perkembangan Roh ini adalah Roh Absolut sebagai realitas yang sempurna.
Di dalam Roh yang Aboslut ini, terkandung seni, agama, dan filsafat yang memiliki realitas Absolut atau Yang Tak Terhingga sebagai obyek perefleksiannya. Ketiganya merefleksikan yang Absolut itu dalam cara pandang yang berbeda-beda. Misalnya: seni memahami yang Absolut melalui pengamatan inderawi, yaitu melalui lukisan-lukisan. Melalui keindahan sebuah karya seni, Hegel melihat bahwa manusia dapat menunjukkan kemampuannya untuk memahami keindahan alam yang merupakan kesaksian sempurna terhadap fakta bahwa manusia dapat mengintuisi keindahan. Namun, alam hanyalah sebagai simbol yang ada dalam pikiran manusia, karena ada yang lebih indah dari alam, yaitu Allah sebagai realitas murni yang tak terbagi. Demikian juga agama mamahami Yang Absolut dalam imajinasi, yaitu melalui refleksi atau permenungan sehari-hari. Sedangkan filsafat memahami Yang absolut melalui rasionalitas atau pencarian akal budi manusia. Kendatipun ketiga unsur ini memiliki cara tersendiri untuk memahami Yang Absolut itu, namun mereka mempunyai obyek pengamatan yang sama, yaitu Allah sebagai realitas murni, tunggal, utuh dan tak terbatas.

Sumber :
Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Pustaka Sastra LKiS, Yogyakarta, 2004
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, 2004
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche, Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004


FILOSOFI RENDANG MINANG


FILOSOFI RENDANG MINANG

Bagi Anda penikmat masakan Padang, kelezatan rendang adalah sesuatu yang tidak perlu ditanyakan lagi. Sebagai icon−menu andalan−rumah makan Padang, selain sambal ijo tentunya, rendang begitu digemari oleh semua kalangan penikmat kuliner di negeri ini. Bahkan, tidak hanya di Indonesia, kelezatan makanan khas orang Minang ini juga popular di luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Mungkin pula sedikit di antara Anda yang tahu, kalau baru-baru ini rendang menjadi satu-satunya makanan khas Indonesia yang masuk dalam daftar 50 makanan terenak di dunia versi CNN.
Berdasarkan hasil poling yang dilakukan oleh CNN di situs jejaring sosial, rendang menempati posisi ke 11 sebagai makanan terenak di dunia. Kelezatan makanan berbahan utama daging sapi dan santan ini berhasil mengalahkan kelezatan Kebab Turki, Lasagna Italia, Fajitas Meksiko, dan Pho Vietnam. Meskipun lezat itu adalah sesuatu yang relatif−lidah orang beda-beda−hal ini tentu merupakan prestasi yang patut membuat kita bangga, terkhusus lagi orang Minang. Lebih dari sekedar makanan lezat Di balik rasanya yang begitu lezat, seperti umumnya makanan tradisional Indonesia, rendang ternyata mimiliki nilai-nilai filosofi yang cukup menarik. Dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, rendang memiliki posisi yang sangat terhormat. Tidak mengherankan kalau makanan ini menjadi hidangan utama bagi orang Minang ketika menjamu tamu istimewa.
Bagi masyarakat Minang, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rendang seperti daging sapi (dagiang), kelapa (karambia), cabe (lado), dan aneka bumbu lainnya (pemasak) merupakan simbolisasi dari budaya musyawarah dalam masyarakat Minang yang melibatkan empat unsur pokok, yakni Niniak Mamak (para pemimpin suku adat) yang dilambangkan dengan daging sapi, Cadiak Pandai (cerdik pandai) yang dilambangkan dengan kelapa, Alim Ulama yang tegas dalam mengajarkan agama dilambangkan dengan cabe yang pedas, serta seluruh masyarakat Minang yang dilambangkan oleh bumbu lainnya. Itulah rendang, salah satu makanan terenak di dunia yang tidak hanya lezat di lidah, tetapi juga kaya akan nilai-nilai budaya. Mengajarkan kepada kita bahwa dengan musyawarah akan lahir keterpaduan−rasa−yang nikmat, meskipun dalam keberagaman. Sesuatu yang kian hilang di negeri ini.

Sumber :


FILOSOFI SAPU LIDI

FILOSOFI SAPU LIDI

Sapu lidi, siapakah di antara Anda yang tidak memilikinya di rumah? Sapu jenis lidi merupakan salah satu item yang sangat berguna bagi kebutuhan rumah tangga anda. Sapu ini menembus perbedaan status dan ekonomi, Anda bisa lihat dari kehidupan orang-orang miskin, atau orang kelas menengah, bahkan lihat saja rumah orang-orang kaya. Mereka semua mempunyai sapu jenis lidi. Sapu lidi umumnya digunakan untuk menyapu pekarangan, membersihkan debu di kasur yang sedang dijemur, dan masih banyak lagi kegunaannya.
Sapu jenis lidi ini selain digunakan untuk menyapu pekarangan dan membersihkan kasur, ternyata mempunyai nilai filosofis yang tinggi. Sapu ini erat kaitannya dengan filosofi persatuan. Anda dapat membayangkan jika satu batang lidi harus dipakai untuk membersihkan sebuah pekarangan yang penuh dengan kotoran.
Pastilah hal ini akan sangat sulit dilakukan, selain itu tentunya juga akan membuang-buang waktu dan tenaga. Tapi jika lidi-lidi disatukan sehingga membentuk sabuah sapu, maka hal yang tadinya mustahil, dapat Anda kerjakan sekarang. Sehingga saya sangat setuju jika sapu lidi adalah simbol persatuan dan kekuatan komunitas.
Persatuan dan Kesatuan tentu pula diawali dengan rasa kebersamaan, kekompakan dan kerukunan antara satu sama lainnya, dengan demikian akan tertanam rasa kesatuan merupakan satu kekuatan. “Filosofi” Sapu lidi bilamana hanya satu tidak punya kekuatan namun setelah di ikat menjadi satu akan menjadikan kekuatan yang utuh yang tidak dapat dipatahkan atau dihancurkan. Jika sendirian menghasilkan sesuatu yang baik, berdua output-nya pasti lebih baik. Apalagi beberapa elemen itu bergabung menjadi satu (team work). Sudah pasti hasilnya akan jauh lebih baik lagi.
Menanamkan cinta tanah air tentunya diawali cinta tanah kelahiran dengan demikian secara otomatis akan membela dan memperjuangkan demi nama baik wilayahnya. Begitu pula menanamkan. Seperti pepatah kuno yang berkata “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Pepatah ini terealisasi dengan menggunakan filosofi sapu lidi. Seikat sapu lidi, adalah bentuk persatuan. Generasi penerus bangsa harus dipahamkan, bahwa perjuangan mencapai tujuan, tidaklah mampu dilakukan seorang diri. Ini pelajaran hidup yang bisa dilakukan oleh kita semua dengan berkaca pada perjuangan nenek moyang kita dalam merebut kemerdekaan.
Tanpa persatuan, mungkin saat ini kita belum merdeka dan masih ada dibawah penjajahan bangsa lain. Tidak hanya itu, kita sebagai manusia sosial, tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Baik secara tidak langsung maupun secara langsung, kita selalu membutuhkan orang lain agar kita bisa menghadapi dan menjalani hidup.
Komunikasi yang baik dan intensif  agar bisa dijaga,saling tukar pengalaman dan membuka ruang bagi pemain untuk menyalurkan aspirasi dalam mendapatkan semua informasi yang dipikirkan atau dirasakan oleh anggota. Bina suasana kekeluargaan yang saling pengertian hangat dan harmonis,bisa meningkatkan semangat dan kekompakan kelompok.
Dengan demikian suasana yang aman,nyaman dan damai dapat diciptakan dan dirasakan oleh semua kumpulan orang sehingga mereka merasa sehati dan sejiwa seperti filosofi sapulidi, dari lidi-lidi yang kecil dirangkai dan diikat menjadi satu dalam satu kekuatan, bisa membersihkan ruangan dan halaman yang luas sekalipun. Bisa digunakan untuk bermacam macam tugas dan kerja, karena sapulidi kuat dan lentur.
Bahkan dari segi mistis, sapu lidi merupakan salah satu benda yang dipercaya memiliki tuah untuk mengusir makhluk gaib, bahkan ada juga mitos mengatakan bahwa sapu jenis lidi yang biasa digunakan untuk menyapu pekarangan juga dapat dijadikan sarana mendatangkan ilham/wangsit dengan cara tidur di lantai dan menggunakan sapu lidi sebagai bantal agar mimpi lebih terarah. Tentunya semua tergantung kepercayaan Anda.

  

Sumber : 
https://brahmacarya.wordpress.com/2012/10/21/tetap-kompak-layaknya-sapu-lidi/

THE POWER OF MUSIC IN OUR LIFE



Do you agree that music is important in our life? Yes I do, music has certain role completing our day to day activities. Here are some reasons why music is heard everywhere andanywhere. Music is a way to express feelings. When we fall in love, the kind of music we’d listen to would be all about love. When we’re sad, we would go for music that is melancholic in nature and immerse ourselves in the sadness. When we’re happy, we’d choose songs with happy tunes too.
Song can help to memorize the last experiences. A favorite song is a powerful documentary. People with Alzheimer which are impaired the brain would remember details about songs they were familiar with. For example, an elderly woman who couldn’t even remember her husband’s name wouldremember the details of her favorite song; when it was played, how it made her feel and things about the song that made it especially memorable for her.
Further, music can unite people for a cause and changes the world. A song with good lyric and striking deep chord can stimulate the universal feeling of all people. We can see it in the case of the famous and legendary Michael Jacson's Heal the World. It can arouse humanism of a lot people in this world.So what would the world be like without music? It would be lonely.